Musdah menjelaskan, bila tes mantoux pendamping TBC hasilnya positif, maka perlu diberikan TPT. TPT adalah serangkaian pengobatan dengan satu jenis atau lebih obat antituberkulosis yang diberikan untuk mencegah perkembangan penyakit TB. Pemberian TPT biasanya diberikan kepada orang-orang terdekat yang mengurus pasien TBC. Banyak keluarga pasien TB yang ogah mengonsumsi obat TPT, alasannya ia tidak terkena TB, mengapa malah harus ikut minum obat. Padahal mengkonsumsi obat TPT bisa meningkatkan imun tubuh keluarga pasien. Harapannya, dengan rutin mengikuti TPT para pendamping pasien ini bisa terhindar dari penyakit TBC.
Hubungan Tuberkulosis dan Diabetes Melitus
Biasanya para pasien TB Sensitif Obat (TB SO) harus mengikuti pengobatan TBC selama 6 bulan lamanya. Namun pada kasus Umbara, tim Puskesmas Menteng menyarankan untuk mengkonsumsi obat TB selama 9 bulan. "Alasannya karena saya pasien diabetes melitus," kata Umbara yang sudah menderita diabetes melitus sejak 2013.
Musdah mengatakan penyakit Diabetes Melitus, HIV dan TB adalah tiga penyakit yang saling berkaitan. "Ketiga penyakit itu seperti lingkaran setan. Setiap penyakit memperparah penyakit yang lainnya," kata Musdah.
Kepala Puskesmas Menteng, Jakarta Pusat, drg IGA Rusmala Dewi/Tempo-Mitra Tarigan
Bakteri TB biasanya mengenai masyarakat yang memiliki kekebalan tubuh rendah. Beberapa pasien diabetes melitus yang tidak terkontrol, memiliki gula darah yang tinggi. Gula darah tinggi itu merupakan lingkungan yang baik untuk bakteri berkembang termasuk kuman TB.
Virus pada penyakit HIV juga menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Orang yang terinfeksi HIV 18 kali lebih mungkin mengembangkan tuberkulosis aktif. Kuman TB Latent yang tadinya tertidur atau pasif akan bangun dan aktif menyerang tubuh pasien HIV akibat sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Karena tuberkulosis berhubungan dengan penyakit yang menyerang imun tubuh itu, tim Puskesmas Menteng pun melakukan inovasi khusus untuk menjaring lebih banyak pasien terduga Tuberkulosis di kawasan Jakarta Pusat. Kepala Puskesmas Menteng drg IGA Rusmala Dewi mengatakan timnya memiliki program Kotak TB alias Kolaborasi Temukan Suspect TB. "Kami turun ke lapangan untuk menjaring pasien TB dengan program Kotak TB," kata Dewi.
Dewi menjelaskan, selain nama program, Kotak TB juga menyediakan satu kotak berisi berbagai peralatan untuk mendeteksi pasien TB. Isi kotak itu adalah peralatan untuk mengambil sampel dahak juga form isian TB. Kotak TB itu ada di bagian pemeriksaan ISPA di Puskesmas Menteng, juga selalu dibawa para tenaga kesehatan yang harus ke lapangan dalam program apapun. "Misalnya ada program vaksinasi Covid-19 yang sempat intensif dilakukan selama pandemi, tim kami juga ketat mengecek warga yang mengalami gejala Tuberkulosis, salah satunya batuk yang berkepanjangan," kata Dewi.
Kotak TB inovasi Puskesmas Menteng, Jakarta Pusat/Tempo-Mitra Tarigan
Pada program reguler seperti Posbindu-PTM, petugas kesehatan pun selalu membawa kotak itu dan mengecek warga yang mengalami gejala TB. Posbindu - PTM adalah Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular yang merupakan kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor resiko penyakit tidak menular terintegrasi seperti penyakit jantung, diabetes, penyakit paru, asma, dan kanker. "Sebelum adanya program Kotak TB, biasanya petugas kesehatan cek penyakit satu-satu ke lapangan. Cek TBC sendiri, cek penyakit penyakit tidak menular sendiri, melakukan vaksinasi sendiri. Sekarang bisa terintegrasi," kata Dewi.