Program Kotak TB itu memperlihatkan dampak yang baik di wilayahnya. Selama ini, dalam sebulan biasanya terduga pasien TB yang terjaring oleh Puskesmas Menteng hanya 55 suspect TB (terduga TB). Namun pada September - Desember 2021 saat program Kotak TB dijalankan, tim Puskesmas Menteng berhasil menjaring 112 terduga TB per bulan. "Semua berkat kolaborasi antar pihak," kata Dewi yang mengaku tiada henti mengingatkan para stake holder seperti pengurus RW, Kelurahan, Kecamatan hingga Kepolisian setempat untuk ikut andil atasi masalah TB ini.
Disiplin Berobat
Dewi mengingatkan bahwa pasien TB tidak perlu takut atau malu ketika harus menjalani pengobatan tuberkulosis ke layanan kesehatan terdekat. Penyakit tuberkulosis itu ada obatnya, dan pasien bisa sembuh.
Keyakinan itu pula yang selalu diamini Umbara. "Saya ingin sembuh," kata Umbara yang ingin dekat dan bermain dengan cucu-cucunya.
BiliK dahak di Puskesmas Menteng, Jakarta Pusat/Tempo-Mitra Tarigan
Ia senang proses 7 bulan pengobatan yang sudah dijalaninya memberikan dampak baik. Berat badannya yang awalnya hanya 58 kilogram saat ini sudah naik menjadi 62,9 kilogram. Di masa pengobatan TB tingkat lanjut ini, ia sudah boleh bertemu dan bermain dengan cucunya, namun tetap dengan protokol kesehatan ketat. Ia selalu menggunakan masker ketika hendak mengajak cucunya bermain di taman bermain. Ia pun selalu mencuci tangan terlebih dahulu ketika sebelum makan, sebelum memegang cucu dan sesering mungkin. Selain rajin terus minum obat untuk menangani masalah diabetes melitusnya dan obat TB, dia juga tidak meludah sembarangan untuk mengurangi pencemaran bakteri TB di masyarakat. "Kuncinya itu disiplin," katanya.
Tentu saja ada berbagai tantangan yang dialami Umbara demi sembuh dari TB. Ia terkadang lupa apakah sudah mengkonsumsi obat harian TB nya atau belum, sehingga pernah suatu kali ia meminum obat TB sampai 2 kali dalam sehari. Ia pun terkadang merasa nyeri di beberapa bagian tubuhnya. "Bila ada yang membuat saya bingung, saya langsung Whats App Puskesmas Menteng, dan untungnya petugasnya menjawab dengan cepat," kata Umbara yang merasa jauh lebih tenang ketika mendapatkan penjelasan menyeluruh dari petugas kesehatan setempat.
Ilustrasi wanita batuk. Freepik.com/Jcomp
Pada pertemuan G20 bertajuk "Penanggulangan Tuberkolusis: Mengatasi Disrupsi Covid-19 dan Membangun Kesiapsiagaan Pandemi di Masa Depan" di Yogyakarta Maret 2022 lalu, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, ada komitmen negara-negara anggota untuk menginvestasikan USD 20 miliar secara global guna menangani penyakit Tuberkulosis. Investasi USD 20 miliar per tahun itu selama periode 2023 hingga 2030. Perlu lebih banyak pihak yang bergandengan tangan untuk membantu menangani masalah penyakit Tuberkulosis ini. Pemerintah pun akan menggandeng lebih banyak komunitas guna menjaring kontak dengan pasien yang menjalani pengobatan demi mencapai target Indonesia bebas tuberkulosis pada 2030.
Baca: Tuberkulosis, Penyakit Jadul yang Masih Perlu Terus Indonesia Perangi