Kepala Bidang Layanan RSUD Tarakan, dr. M. Bal'an K. Rangkuti MARS, MICM mengatakan timnya berinvestasi cukup besar dalam memberikan layanan klinik khusus tuberkulosis ini. Dan di klinik Aster itu, semuanya layanan kesehatan pasien TBC RO terintegrasi dari mulai rontgen, pengambilan darah, juga dahak, konsultasi dokter, hingga obat. "Kami juga siapkan ruangan dengan tekanan negatif segingga alur udara kotor dan freshnya terpisah," katanya.
Bal'an mengatakan dalam beberapa bulan terakhir, pasien yang datang ke tempatnya lebih banyak dari Kecamatan Gambir. "Belum semua rumah sakit memiliki layanan TBC RO, dengan adanya kami, harapannya layanan ini bisa mempermudah pasien dengan domisili terdekat kami dalam mengakses layanan kesehatan," katanya.
Kepala Bidang Pelayanan RSUD Tarakan Jakarta Pusat dr M. Bal'an K Rangkuti MARS pada 29 Juni 2022/ Tempo-Mitra Tarigan
Bal'an menambahkan bahwa di RSUD Tarakan, ada pula layanan psikologis. Layanan ini bisa diberikan kepada pasien yang mungkin merasa down ketika mendapatkan diagnosis tuberkulosis dari dokter. "Kita tahu penyakit tuberkulosis ini masih menjadi stigma di lingkungan masyarakat. Sehingga penguatan psikologis penting juga diberikan," katanya.
Edukasi Tuberkulosis kepada Keluarga
Edukasi juga penting untuk diberikan, tidak hanya bagi pasien tuberkulosis, namun juga bagi keluarganya. Bal'an mengatakan timnya memberikan edukasi secara inklusif, orang - per orang. Sehingga para pasien bisa lebih leluasa berkonsultasi tentang apa tantangan yang dialami dan solusi yang bisa diberikan. "Edukasi tuberkulosis ini tidak bisa digabung (kepada sesama pasien). Akan sulit bila dilakukan bersama-sama, karena setiap pasien biasanya memiliki kasus yang berbeda. Belum lagi penyakit ini masih dianggap memalukan bagi sebagian masyarakat. Jadi harus one by one," katanya.
Rantih menambahkan bahwa dengan adanya layanan rawat jalan Klinik Aster yang terintegrasi, diharapkan pasien TBC RO tidak perlu keliling rumah sakit karena bisa menularkan droplet kuman TBC RO ke pasien lain. "Jadi pasiennya tidak perlu jalan-jalan, selesai di satu tempat saja. Walau begitu edukasi pencegahan penyebaran tetap penting agar saat di tempat umum, pasien TBC RO tidak buka masker sembarangan, karena bisa membahayakan yang lain," katanya.
Dibantu oleh NH, J masih terus berusaha mengkonsumsi obat TBC RO yang diberikan tim dokter. Pengobatan itu pun disertai dengan terapi obat HIV agar virus dalam tubuhnya tetap bisa terkontrol. "Saya ingin sembuh," kata J berharap bisa melihat anaknya yang baru 12 tahun bertumbuh.
Baca: Atasi Penyakit Tuberkulosis dengan Disiplin Tinggi Berobat