TEMPO.CO, Jakarta - Toxic positivity ketika orang terus menghindari emosi negatif atau obsesi terhadap pemikiran positif. Mengutip Medical News Today, toxic positivity rentan berdampak buruk. Mengutip Healthline, psikolog klinis Jaime Zuckerman mengatakan toxic positivity merupakan asumsi baik oleh diri sendiri atau orang lain, terlepas dari rasa sakit emosional seseorang atau situasi sulit. Itu berarti hanya boleh memiliki pola pikir positif.
Toxic positivity membungkam emosi negatif, mengabaikan kesedihan, dan berpura-pura bahagia. Mengutip Medical News Today, toxic positivity memaksakan pemikiran positif sebagai satu-satunya solusi untuk masalah, menuntut agar seseorang menghindari atau mengungkapkan emosi negatif.
Toxic positivity memaksakan pemikiran positif sebagai satu-satunya solusi untuk masalah. Terlebih itu menuntut agar seseorang menghindari respons negatif atau mengekspresikan emosi lainnya. Walaupun memang, berpikir positif bermanfaat jika mengalami masalah. Tapi, toxic positivity efek berlebihan obsesi pikiran positif juga berdampak buruk, sehingga menghalangi diri mencari dukungan sosial.
Risiko buruk toxic positivity
Toxic positivity rentan berdampak buruk untuk orang-orang yang sedang melalui masa-masa sulit. Kalimat positif sewajarnya mampu memberikan manfaat. Tapi, kalimat positif bisa menjadi beracun (toxic), jika kata-kata itu menyepelekan dan mengecilkan emosi atau masalah yang dialami seseorang seakan-akan pemikiran negatif tidak boleh dirasakan.
1. Mengabaikan emosi negatif
Manusia memiliki emosi negatif yang perlu diungkapkan. Namun, toxic positivity mencegah orang merasakan emosi negatif saat kesulitan nyata.
2. Komunikasi
Toxic positivity mendorong orang untuk mengabaikan fakta, setiap hubungan memiliki tantangan. Sebab, cenderung berfokus hanya hal yang positif saja. Pendekatan ini, merusak komunikasi dan kemampuan untuk memecahkan masalah hubungan.
3. Mengakibatkan Stres
Mengutip dari Verywell Mind, toxic positivity membuat diri menjadi stres yang berkepanjangan. Stres in mempengaruhi produktivitas dalam bekerja atau menyelesaikan pekerjaan.
4. Tak percaya diri
Toxic positivity rentan berakibat menurunkan kepercayaan diri. Itu karena selalu berusaha menutupi emosi negatif dengan obsesi positif.
Baca: Risiko Toxic Positivity, Berjarak dari Realitas dan Berbagai Emosi Lainnya
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.