Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Studi Terbaru Membuktikan Depresi Tidak Dipengaruhi Kadar Serotonin

Reporter

Editor

Nurhadi

image-gnews
Ilustrasi depresi. Shutterstock
Ilustrasi depresi. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Penyebab depresi selama ini diketahui dipengaruhi tingkat hormon serotonin yang lebih rendah daripada yang dibutuhkan. Atas dasar ini, orang yang mengalami depresi kerap direkomendasikan untuk mengonsumsi Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI), obat antidepresan yang paling populer. Sejumlah penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa SSRI secara signifikan dapat mengurangi risiko depresi. Namun, sebuah studi baru-baru ini menyangkalnya.

Studi terbaru yang terbit di Molecular Psychiatry pada 20 Juli 2022 lalu menganalisis 17 penelitian terdahulu mulai dari 2010 tentang kadar serotonin pada orang dengan depresi. Hasilnya, tidak ditemukan bukti bahwa orang yang depresi memiliki kadar serotonin yang lebih rendah atau aktivitas serotonin yang abnormal dibandingkan dengan orang yang tidak depresi. 

"Selalu sulit untuk membuktikan sesuatu yang negatif, tetapi saya pikir kami dapat mengatakan bahwa dari banyak penelitian yang dilakukan selama beberapa dekade, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa depresi disebabkan oleh kelainan serotonin, terutama oleh tingkat yang lebih rendah atau penurunan aktivitas serotonin,” kata penulis utama studi tersebut, Joanna Moncrieff, yang juga seorang profesor psikiatri di University College London dan konsultan psikiater di North East London NHS Foundation Trust (NELFT).

Melansir Sciene Daily, penurunan kadar serotonin pertama kali dikaitkan dengan depresi pada 1960-an. Teori tersebut diterima secara luas pada 1990-an dengan munculnya antidepresan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI), yang dapat meningkatkan ketersediaan serotonin di otak untuk sementara. Satu dari enam orang dewasa di Inggris dan 13 persen orang Amerika mengonsumsi obat antidepresan.

Studi tersebut tidak serta merta melabeli bahwa penggunaan SSRI tidak bekerja, tetapi menduga bahwa obat itu tidak mengatasi depresi dengan cara memperbaiki kadar serotonin. Mereka menemukan tidak ada perbedaan kadar serotonin antara orang yang didiagnosis dengan depresi dan orang sehat, meskipun jajak pendapat menunjukkan bahwa 95 persen masyarakat percaya hal ini. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meski demikian, Michael Bloomfield, psikiater lain di University College London, menyebut temuan itu 'tidak mengejutkan' mengingat betapa kompleksnya kondisi depresi. Ia menuturkan bahwa depresi memiliki banyak gejala yang berbeda. Ia belum pernah bertemu dengan peneliti atau psikiater yang berpikir bahwa semua penyebab depresi secara mutlak disebabkan oleh ketidakseimbangan kimia sederhana dalam serotonin.

Namun, ia mengatakan jika mengonsumsi SSRI masih bisa membantu mengobati depresi walau mungkin tidak mengatasi hingga akar permasalahannya. "Banyak dari kita tahu bahwa mengonsumsi parasetamol dapat membantu mengatasi sakit kepala dan saya rasa tidak ada yang percaya bahwa sakit kepala disebabkan oleh tidak cukupnya parasetamol di otak, logika yang sama berlaku untuk depresi dan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati depresi," ujarnya seperti dikutip Daily Mail.

MOHAMMAD HATTA MUARA BAGJA

Baca juga: Benarkah Suplemen Bisa Membantu Atasi Depresi dan Gangguan Kecemasan?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pemain Timnas Brasil Richarlison Blakblakan Soal Perjuangan Melawan Depresi yang Nyaris Membuatnya Menyerah

9 jam lalu

Pemain Tottenham Hotspur Richarlison. Action Images via Reuters/Paul Childs
Pemain Timnas Brasil Richarlison Blakblakan Soal Perjuangan Melawan Depresi yang Nyaris Membuatnya Menyerah

Penyerang Timnas Brasil, Richarlison, berbagi kisah soal usahanya berjuang melawan depresi yang membuatnya hampir menyerah.


Mengenal Aneurisma Otak, Terjadinya Penipisan pada Arteri Otak

3 hari lalu

Ilustrasi otak. Pixabay
Mengenal Aneurisma Otak, Terjadinya Penipisan pada Arteri Otak

Aneurisma otak yang pecah menimbulkan banyak gejala, termasuk "sakit kepala petir", yang dikenal dengan rasa sakit yang tiba-tiba dan menyiksa.


6 Tips Agar Tidak Cemas Karena Terpicu Masalah Kesehatan Orang

4 hari lalu

Ilustrasi Depresi (Pixabay.com)
6 Tips Agar Tidak Cemas Karena Terpicu Masalah Kesehatan Orang

Orang dengan masalah kecemasan dapat terpicu dan menjadi khawatir ketika mendengar masalah kesehatan orang lain. Ini 6 tips agar tidak ikut cemas.


Ted Danson Ungkap Kisahnya Berjuang Melawan Psoriasis

6 hari lalu

Ted Danson. LUCAS JACKSON/REUTERS
Ted Danson Ungkap Kisahnya Berjuang Melawan Psoriasis

Ted Danson mengaku pernah berjuang melawan psoriasis plak, masalah kulit kronis yang bisa menurunkan kepercayaan diri seseorang.


Perbedaan Stres dengan Depresi, Masing-masing Punya Ciri-ciri Khas

9 hari lalu

Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang bisa terjadi karena berbagai pemicu. (Pexels/Ivan Samkov)
Perbedaan Stres dengan Depresi, Masing-masing Punya Ciri-ciri Khas

Gangguan stres kronis dan depresi merupakan dua hal yang berbeda. Stres merupakan sebuah tekanan psikologis oleh sebab apapun.


Kenali Gejala Gangguan Mental pada Ibu Pasca Melahirkan, Kurangnya Nafsu Makan Hingga Sulit Tidur

10 hari lalu

Ibu sedang pompa ASI. Foto : Motherly
Kenali Gejala Gangguan Mental pada Ibu Pasca Melahirkan, Kurangnya Nafsu Makan Hingga Sulit Tidur

Perubahan besar dalam proses melahirkan dapat menyebabkan beban mental dan emosional yang signifikan pada ibu. Ini gejala gangguan mental pada ibu.


Stigma Negatif pada Penderita Psoriasis yang Berdampak ke Psikologis

11 hari lalu

imgslide.health.com
Stigma Negatif pada Penderita Psoriasis yang Berdampak ke Psikologis

Penderita psoriasis kerap mendapatkan stigma negatif dalam kehidupan sehari-hari sehingga berdampak ke psikologis.


Lebih Banyak Menyerang Wanita, Simak Penjelasan Pakar soal Migrain

12 hari lalu

Headache, Migrain
Lebih Banyak Menyerang Wanita, Simak Penjelasan Pakar soal Migrain

Selain multiple sclerosis dan stroke, migrain juga lebih banyak menyerang wanita. Pakar beri saran pencegahan dan cara mengatasi.


Park Hyung Sik dan Park Shin Hye Ungkap Bocoran Episode Terakhir Doctor Slump

14 hari lalu

Park Shin Hye dan Park Hyung Sik dalam drama Doctor Slump. Instagram.com/@ssin7
Park Hyung Sik dan Park Shin Hye Ungkap Bocoran Episode Terakhir Doctor Slump

Jelang penanyangan episode terakhir Doctor Slump, Park Shin Hye dan Park Hyung Sik berterima kasih mendapat sambutan positif dari penonton


Maag hingga Sakit Kepala, Inilah 5 Efek Samping Minum Teh Setiap Hari

20 hari lalu

Ilustrasi minuman teh. TEMPO/ Nita Dian
Maag hingga Sakit Kepala, Inilah 5 Efek Samping Minum Teh Setiap Hari

Konsumsi teh yang berlebihan juga dapat berdampak buruk pada kesehatan.