TEMPO.CO, Jakarta - Orang yang mampu mengelola keuangan dengan baik akan berpotensi meraih kemerdekaan finansial, bukan berarti memiliki banyak harta dan aset melainkan mampu memenuhi kebutuhan hidup yang layak dan bebas dari utang. Begitu menurut salah satu pendiri MiPOWER by Sequis and Registered Financial Planner, Edwin Limanta.
Dia menyarankan generasi milenial segera mulai menata finansial dari sekarang demi mengamankan masa depan, meski kondisi keuangan setiap orang berbeda dan sebagian belum merdeka sepenuhnya. Edwin memberikan tips mengelola keuangan, salah satunya disiplin melaksanakan manajemen anggaran. Menurutnya, seberapa pun penghasilan jika pengeluaran tidak dianggarkan dengan baik maka tidak akan cukup dan akan habis.
Untuk itu, buatlah rencana anggaran setiap bulan untuk pengeluaran, dana darurat, dan persiapan masa depan, yakni tabungan, investasi, serta asuransi. Jika penghasilan diperoleh dalam jumlah tetap dan pada periode yang sama setiap bulan maka buatlah rencana anggaran jangka panjang.
Kemudian, agar dapat disiplin melaksanakan manajemen anggaran, sebaiknya bedakan dulu antara kebutuhan dan keinginan agar kondisi keuangan tetap stabil. Posisikan kebutuhan sebagai skala prioritas dalam pos pengeluaran untuk mencegah pengeluaran yang kurang bermanfaat.
Kebutuhan sehari-hari merupakan pengeluaran rutin dan harus dipenuhi. Sedangkan keinginan termasuk hal subjektif yang berkaitan dengan selera dan pemenuhannya masih dapat ditunda di lain waktu.
Edwin menyebutkan sejumlah manfaat melakukan manajemen anggaran, yakni menjaga arus kas, mengamankan aset masa depan, melatih membatasi dari keinginan berutang, membantu mengevaluasi kondisi keuangan sehingga orang dapat mengetahui apakah pemasukan sudah seimbang dengan pengeluaran atau masih perlu penyesuaian.
"Melakukan manajemen anggaran juga dapat menjadi penyemangat bagi milenial yang giat memaksimalkan kenaikan aset,” ujar Edwin.
Hal lain yang bisa dilakukan yakni membatasi utang konsumtif. Berutang memungkinkan selama produktif, misalnya untuk cicilan rumah atau modal usaha karena utang tersebut jika dikonversi menjadi aset yang produktif, maka bisa memberikan penghasilan dan berarti membuka jalan menuju kemerdekaan finansial.
Sebaliknya, jika orang berutang konsumtif berpotensi menggerus pendapatan. Apalagi, utang mengandung bunga yang harus dilunasi tepat waktu. Jika lupa atau lalai membayar tagihan maka dapat menggerus pos tabungan.
Edwin mencontohkan jika ingin mengganti ponsel maka batasi pengeluaran lain agar dapat menambah jumlah tabungan untuk bisa membeli yang baru. Namun, lebih baik jika punya pendapatan tambahan sehingga bisa memenuhi keinginan akan barang-barang tersier.
Walau begitu, Edwin tetap menyarankan untuk membatasi keinginan belanja dan selektif dalam berutang jika ingin meraih kemerdekaan finansial. Dia menyarankan orang-orang, termasuk generasi milenial membiasakan hidup minimalis, yakni mengutamakan prioritas. Orang-orang dapat memilah antara kebutuhan penting versus kurang penting sehingga pengeluaran dapat dilakukan secukupnya dan penghasilan dapat dialokasikan lebih banyak ke tabungan.
Menurutnya, dengan membiasakan hidup minimalis maka akan melatih diri tidak latah ingin ikut tren atau bersaing dengan orang lain. Orang juga perlu mempersiapkan dana darurat. Dana ini ditujukan untuk kondisi mendesak sehingga jika ada pengeluaran mendadak tidak perlu berutang untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Cara membangun dana darurat yakni menyisihkan setidaknya 10 persen dari pendapatan rutin. Sisihkan hingga bisa mencapai setidaknya 3-6 kali besar pengeluaran rutin bulanan. Edwin mengatakan tabungan menjadi instrumen paling umum untuk menyimpan dana darurat karena likuiditas tinggi, aksesnya mudah, dan dananya dapat diambil kapan saja saat dibutuhkan.
Orang-orang juga dapat mulai berinvestasi, sebagai salah satu cara merdeka secara finansial karena investasi dinilai mampu bersaing dengan inflasi yang terjadi setiap tahun. Hasil investasi nantinya dapat digunakan untuk membantu membiayai pendidikan anak atau persiapan masa pensiun.
Jika belum berpengalaman dalam berinvestasi bisa mulai dengan investasi yang minim risiko, seperti reksadana atau obligasi. Nasihat bagi pemula saat berinvestasi yakni jangan terlena balik modal tinggi yang diperoleh orang lain. Pelajari setiap instrumen sebelum berinvestasi dan ketahui profil risiko pribadi.
Terakhir, orang dapat mempertimbangkan mulai berasuransi sebagai upaya mengelola risiko keuangan yang berdampak besar pada stabilitas finansial. Risiko keuangan ini misalnya saat keluarga mendadak mengalami kesulitan keuangan karena hilangnya pendapatan keluarga yang disebabkan meninggalnya pencari nafkah atau tabungan terkuras karena harus membayar biaya rumah sakit.
Baca juga: Tips Mengelola Keuangan Bersama Pasangan: Uangmu Uangku, Uangku Uangku?