TEMPO.CO, Jakarta - Hubungan percintaan ada beragam kondisi, salah satunya kodependen. Mengutip Verywell Mind, kodependen mengacu pola hubungan yang tidak seimbang. Satu orang memikul tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan orang lain dengan menyampingkan kebutuhan atau perasaannya sendiri.
Hubungan kodependen tak hanya antara pasangan romantis, tapi juga dengan anggota keluarga dan teman. American Psychological Association merumuskan kodependensi sebagai keadaan saling bergantung. Seseorang secara psikologis bergantung atau dikendalikan orang lain.
“Istilah ini awalnya dibuat pada 1950-an, dalam konteks Alcoholics Anonymous," kata psikolog Renee Exelbert. Istilah itu untuk mendukung mitra individu yang menyalahgunakan zat.
Apa itu hubungan kodependen?
Hubungan kodependen terjadi ketika masing-masing pasangan melepaskan tanggung jawab terhadap diri sendiri. Biasanya, satu pihak pasangan bertindak sebagai pengambil, dan yang lain bertugas seperti penjaga. Walaupun peran ini bisa berubah tergantung masalahnya. Tapi, hubungan kodependen tak selalu romantis.
Hubungan ini mungkin tampak berhasil untuk sementara waktu sampai pasangan yang bertindak sebagai penjaga merasa marah, sakit hati, dan lelah. Bisa juga ketika pihak pengambil tak pernah merasa cukup puas dan mencari perhatian di tempat lain. Hubungan kodependen secara umum ini menggabungkan aspek pola gaya keterikatan yang dikembangkan terhadap anak usia dini.
Ciri hubungan kodependen
Pengambil
- Merasa sangat bergantung dengan orang lain untuk merasa puas
- Merasa membutuhkan perhatian dan persetujuan orang lain
- Merasa kosong dan tidak terpenuhi
- Mungkin merasa kesal atau sering marah
- Mungkin merasa berhak atas waktu dan energi orang lain
- Membandingkan diri sendiri dengan orang lain
Penjaga
- Perlu dibutuhkan untuk merasa seperti penting
- Sulit menerima
- Merasa seperti martir, mengorbankan diri sendiri
- Merasa terus-menerus cemas tentang memenuhi kebutuhan orang lain
- Perfeksionis.
- Terlalu sibuk
- Jarang menghabiskan waktu untuk diri sendiri
Penyebab hubungan kodependen
Mengutip Mind Body Green, kodependensi dihasilkan dari ketakmampuan sepenuhnya mencintai diri sendiri, terlepas dari perhatian orang lain. Pasangan sering menjadi kodependen, karena tak bisa mengenali nilai sendiri tanpa merasa diperhatikan atau dibutuhkan oleh orang lain. Kodependensi disebabkan rasa penolakan diri dan pengabaian.
“Dasarnya, ini karena konsep diri dan batasan yang buruk. Itu termasuk ketakmampuan untuk berpendapat atau mengatakan tidak,” kata konselor Mark Mayfield.
Baca: Empty Love, Mengenali Kekosongan Hubungan Percintaan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.