Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Imunosupresi, Ketika Sistem Kekebalan Tubuh Tidak Berfungsi Normal

image-gnews
Ilustrasi autoimun. Shutterstock
Ilustrasi autoimun. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam istilah kedokteran dikenal yang namanya imunosupresi yaitu berkurangnya kapasitas sistem kekebalan tubuh untuk merespon antigen asing secara efektif, termasuk antigen permukaan pada sel tumor. Imunosupresi dapat disebabkan oleh terbunuhnya sel efektor imun atau dari penyumbatan jalur intraseluler yang penting untuk pengenalan antigen atau elemen lain dari respons imun.

Obat Imunosupresi

Ada sejumlah obat yang diminum untuk mengurangi peradangan. Jenis tertentu, diklasifikasikan sebagai imunosupresan, melakukannya dengan menekan bagian tertentu dari sistem kekebalan atau sistem kekebalan tubuh secara keseluruhan.

Imunosupresan digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit inflamasi dan autoimun, serta untuk mencegah penolakan jaringan pada penerima transplantasi organ.

Menurut jurnal dari Universitaas Katolik Widya Mandala, ada juga yang namanya Imunosupresan. Ini merupakan obat yang menekan sistem imun atau menurunkan respon tubuh. Obat immunosupresan umumnya digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti glomurelonephitis, myasthenia gravis, arthritis, lupus dan lain sebagainya.

Obat imunosupresan terdiri dari 5 golongan diantaranya glukokortokoid, sitostatika, antibodi, obat yang bekerja pada imunofilin, dan obat lainnya

Penyebab Secara Medis

Dari penelitian sementara, imunosupresi dapat disebabkan oleh berbagai infeksi umum, termasuk influenza dan mononukleosis yang melemahkan respon imun. Namun, ketika sel-sel kekebalan atau aspek lain dari sistem kekebalan menjadi target infeksi, penekanan kekebalan yang parah dapat terjadi.

Berikut beberapa aspek yang dapat meningkatkan potensi imunosupresi:

  1. HIV

Human Immunodeficiency Virus atau HIV ditandai dengan penurunan progresif dari sistem kekebalan tubuh. Virus secara khusus menargetkan sel darah putih yang disebut limfosit sel T CD4 yang bertanggung jawab untuk memberi sinyal dan mengoordinasikan respons imun.

Karena jumlah sel T CD4 semakin berkurang, tubuh menjadi rentan terhadap berbagai infeksi oportunistik terkait HIV yang terus meluas. Tingkat kerusakan dapat diukur dengan tes darah yang dikenal sebagai jumlah CD4. Infeksi oportunistik yang dapat disebabkan oleh HIV beragam, mulai dari kandidiasis, demensia AIDS, hingga Tuberkulosis atau TBC.

  1. Asplenia

Asplenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tidak adanya fungsi limpa yang normal. Limpa memainkan peran kunci dalam respon imun, dan hilangnya fungsi limpa dikaitkan dengan risiko infeksi yang serius.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Asplenia kemungkinan merupakan penyakit bawaan, namun juga dapat terjadi karena penyakit mendasar yang merusak limpa seperti sirosis, Anemia hemolitik, leukimia, dan malaria.

  1. Defisiensi Imun Primer

Gangguan kekebalan bawaan, atau yang disebut primary immunodeficiencies (PID) tak jarang dianggap langka. Meski begitu, ada lebih dari 300 PID berbeda yang diketahui merusak berbagai aspek respons imun. Ini termasuk:

  • Penyakit granulomatosa kronis
  • Common Variable Immunodeficiency (CVID) atau Imunodefisiensi variabel umum
  • Defisiensi imunoglobulin A
  • Imunodefisiensi gabungan yang parah

Dengan PID, sistem kekebalan gagal menghasilkan sel kekebalan yang cukup untuk meluncurkan pertahanan yang efektif. PID biasanya ditemukan pada usia muda dan seringkali progresif, dan risiko infeksinya meningkat seiring bertambahnya usia seseorang. Jenis infeksi yang terlihat pada orang dengan PID bervariasi menurut jenis sel kekebalan yang terpengaruh.

Perawatan

Pengobatan untuk imunosupresi tergantung pada penyebabnya, namun umumnya termasuk mengobati infeksi, mencegah infeksi, dan mengganti bagian yang hilang dari sistem kekebalan Anda. Perawatan ini dapat mencakup:

  • obat antivirus
  • antibiotik dan obat antijamur sesuai kebutuhan
  • vaksin seperti vaksin flu
  • transplantasi sel induk
  • imunoglobulin
  • terapi gen
  • transplantasi jaringan timus‌

Mencegah infeksi sangat penting bagi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Anda mungkin mengalami gangguan kekebalan selama sisa hidup Anda, terutama jika Anda memiliki transplantasi organ atau kondisi bawaan.

DANAR TRIVASYA FIKRI 

Baca: Penyakit Autoimun: Penyebab, Gejala dan Pengobatan

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Transplantasi Wajah yang Pertama Kali Sukses Dilakukan di Prancis pada 2005

1 hari lalu

Transplantasi wajah di Vall d'Hebron Hospital di Barcelona, Spanyol, Jumat (23/4). AP Photo/Vall d'Hebron Hospital, TVE, via APTN
Mengenal Transplantasi Wajah yang Pertama Kali Sukses Dilakukan di Prancis pada 2005

Penerimanya adalah seorang wanita Prancis berusia 38 tahun yang dianiaya seekor anjing. Lantas apakah transplantasi wajah itu?


Dua Kata Terakhir Freddie Mercury Sebelum Pergi Selamanya

2 hari lalu

Freddy Mercury
Dua Kata Terakhir Freddie Mercury Sebelum Pergi Selamanya

Pada 24 November 1991, Freddie Mercury meninggal dunia karena AIDS. Lantas, apa yang dilakukan pentolan Queen saat waktu terakhirnya sebelum meninggal?


Benarkah Golongan Darah Memiliki Peran dalam Risiko Penyakit Autoimun?

3 hari lalu

Ilustrasi kantong darah/golongan darah. Shutterstock
Benarkah Golongan Darah Memiliki Peran dalam Risiko Penyakit Autoimun?

Beberapa penelitian mendukung korelasi antara golongan darah dan penyakit autoimun tertentu.


Siti Badriah Alami Tumor Kelenjar Getah Bening, Apa Bisa Jadi Penyebabnya?

17 hari lalu

Siti Badriah. Instagram.com/@sitibadriahh
Siti Badriah Alami Tumor Kelenjar Getah Bening, Apa Bisa Jadi Penyebabnya?

Tumor kelenjar getah bening seperti yang dialami Siti Badriah dapat menyebabkan pembengkakan. Benarkah bisa sebabkan kanker?


Kisah Magic Johnson, Legenda NBA yang Diberi Gelar Miliarder oleh Forbes

19 hari lalu

Sebuah patung perunggu Magic Johnson diluar Staples Center di Los Angeles, Jum'at (3/7). Upacara peringatan Michael akan diadakan pada hari Selasa di Staples Center di pusat kota Los Angeles sesuai keinginan ibu Jackson. AP Photo/Jae C. Hong
Kisah Magic Johnson, Legenda NBA yang Diberi Gelar Miliarder oleh Forbes

Magic Johnson dikenal sebagai salah satu pemain basket terbaik di dunia. Meski kena HIV dan pensiun, ia pintar berinvestasi hingga jadi miliarder.


Sama-sama Bisa Ditularkan Melalui Hubungan Seksual, Apa Kaitan Mpox dan HIV?

22 hari lalu

Laki-laki, 38 tahun, asal Nigeria, positif menderita penyakit monkeypox. Sumber: The Straits Times
Sama-sama Bisa Ditularkan Melalui Hubungan Seksual, Apa Kaitan Mpox dan HIV?

Memiliki media penularan yang sama, apakah hal ini dapat dijadikan dasar bahwa penyakit Mpox lebih parah jika mengenai seseorang dengan HIV?


Penerima Transplantasi Jantung Babi Kedua Meninggal Dunia

27 hari lalu

Lawrence Faucette dan istrinya Ann, beberapa hari sebelum dia menerima transplantasi bersejarah dari jantung babi yang dimodifikasi secara genetik. Foto: Pusat Medis Universitas Maryland
Penerima Transplantasi Jantung Babi Kedua Meninggal Dunia

Faucette menerima transplantasi jantung babi pada tanggal 20 September dan hidup selama enam minggu.


Tangani Pasien Cacar Monyet, Mengapa RSHS Bandung Tak Berikan Antivirus?

28 hari lalu

Cacar monyet. WHO
Tangani Pasien Cacar Monyet, Mengapa RSHS Bandung Tak Berikan Antivirus?

Seorang pasien terkonfirmasi positif mengidap penyakit cacar monyet atau monkey pox alias mpox di Kota Bandung.


Kasus Cacar Monyet di Bandung, Dinas Kesehatan: Temuan di Kalangan Odhiv

29 hari lalu

Ilustrasi cacar monyet atau monkeypox (Kemkes)
Kasus Cacar Monyet di Bandung, Dinas Kesehatan: Temuan di Kalangan Odhiv

Kasus cacar monyet di Bandung ditemukan dari hasil pemeriksaan laboratorium Kementerian Kesehatan di Jakarta.


Cara Cegah dan Mengobati Cacar Monyet Alias Monkeypox

33 hari lalu

Ilustrasi cacar monyet atau monkeypox (Kemkes)
Cara Cegah dan Mengobati Cacar Monyet Alias Monkeypox

Kasus konfirmasi cacar monyet atau Monkeypox di Indonesia bertambah. Menurut data harian Kementerian Kesehatan RI, per 22 Oktober 2023, sudah terkonfirmasi tujuh kasus cacar monyet di DKI Jakarta.