TEMPO.CO, Jakarta - Kelebihan silika dalam tubuh menyebabkan kondisi silikosis. Kebanyakan menghirup debu silika dalam jumlah besar dan terus-menerus ini yang mengakibatkan penyakit silikosis. Silika zat yang secara alami ditemukan di beberapa jenis batu, pasir, dan tanah.
Merujuk National Health Service UK, orang yang bekerja di industri
pemasangan dan pemotongan batu, konstruksi dan pembongkaran rentan mengalami penyakit silikosis. Silika yang dihirup dalam jumlah banyak juga rentan dialami orang yang bekerja di pertambangan, penggalian, pembuatan tembikar, keramik, kaca, dan pengaspalan.
Silika akan mengendap di paru-paru yang lama-kelamaan menyebabkan pembengkakan atau peradangan secara bertahap. Itu berakibat jaringan paru-paru mengeras dan terluka. Akibatnya, paru-paru tak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Gejala silikosis
Mengutip Healthline, gejala silikosis biasanya dialami setelah silikia terhirup selama bertahun-tahun, kemudian berkembang menjadi masalah. Biasanya mencakup batuk terus-menerus, sesak napas, penurunan berat badan, sakit dada, demam, kaki bengkak, bibir biru, dan mudah kelelahan. Apabila kondisi terus memburuk, gejala bisa makin parah.
Pemeriksaan penyakit silikosis
Mengutip WebMD, beberapa tes untuk mendiagnosis silikosis meliputi:
1. Rontgen dada atau CT scan
Tes ini bekerja dengan memeriksa paru-paru dan mencari bekas luka.
2. Bronkoskopi
Tes ini dijalankan menggunakan tabung panjang dan tipis dengan kamera kecil di ujungnya untuk memeriksa kerusakan paru-paru.
3. Biopsi
Biopsi jaringan paru-paru, penggunaan jarum untuk memeriksa sampel. Sampel nodul kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk mencari tanda-tanda silikosis.
4. Tes dahak
Selain digunakan untuk mengevaluasi silikosis, tes dahak juga digunakan untuk memeriksa penyakit paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis (TB).
Baca: Penyakit yang Mengancam Pasca Erupsi Gunung Api
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.