Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Apa Saja Kondisi yang Menyebabkan Halusinasi?

image-gnews
Ilustrasi halusinasi. Shutterstock
Ilustrasi halusinasi. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Persepsi pengindraan sesuatu yang tak ada menandakan halusinasi. Misalnya, tanggapan mendengar, menyentuh, merasakan, membaui sesuatu yang tidak ada. Mengutip Verywell Mind, halusinasi bisa saja menunjukkan gejala yang berlainan, seperti sensasi di tubuh terasa disentuh dan mendengar bisikan.

Saat merasa mendengar bisikan seperti suara positif atau negatif. Kondisi lainnya, seperti mencicipi rasa tertentu di indra pengecapan. Semua indra manusia bisa mengalami halusinasi, tersebab pengalaman sensorik yang tampak nyata itu dibuat oleh pikiran.

Penyebab halusinasi

Penyebab halusinasi bermula dari pengalaman sensorik. Mengutip Healthline, pengalaman sensorik yang tampak nyata ini dibuat dalam pikiran.

 

Banyak kondisi yang menyebabkan munculnya halusinasi, misalnya masalah mental, efek samping obat-obatan, gangguan penggunaan alkohol. Walaupun begitu, seseorang yang sering berhalusinasi mungkin perlu untuk mengunjungi psikolog, psikiater, ahli saraf. Itu tergantung penyebab untuk analisis yang lebih mendalam.

Mengutip WebMD, sebelum memutuskan jenis penanganan, dokter lebih dulu mengidentifikasi faktor yang menyebabkan halusinasi. Proses identifikasi ini umum melibatkan tes electroencephalogram (EEG), pemeriksaan pola aktivitas listrik di otak, tes MRI atau pencitraan resonansi magnetik

Ada berbagai musabab halusinasi. Skizofrenia cenderung dominan, karena lebih dari 70 persen orang mengalami halusinasi visual. Sedangkan 60 persen hingga 90 persennya mendengar suara.

Beberapa lainnya juga mungkin halusinasi mencium dan merasakan berbagai hal yang tidak ada. Parkinson juga juga mempengaruhi kondisi ini terkadang melihat hal-hal yang tak nyata. Kondisi lain yang menyebabkan halusinasi mencakupi beberapa keadaan seperti demam tinggi yang dialami anak-anak maupun orang tua.

 

Mengutip Healthline, halusinasi terkait masalah mental berkemungkinan ditangani melalui proses sesi konseling bersama profesional. Berbicara dengan konselor membantu mendapat pemahaman lebih baik mengenai hal yang dialami. Konselor juga membantu mengembangkan strategi beradaptasi dengan perubahan atau koping, terutama ketika merasa takut atau paranoia.

Baca: Buah Kecubung Bisa Membuat Halusinasi? Begini Penjelasannya

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Salah Kaprah Pemakaian Istilah OCD

1 hari lalu

Psikolog Nimaz Dewantary menyampaikan materi terkait Obsessive Compulsive Disorder (OCD) pada Webinar Menuju Temu Ilmiah Nasional V IPK Indonesia Tahun 2023.
Salah Kaprah Pemakaian Istilah OCD

Tapi, sebetulnya apa itu Obsessive Compulsive Disoder (OCD)?


5 Kiat Manajeman Stres

8 hari lalu

Ilustrasi wanita melakukan peregangan. Freepik.com
5 Kiat Manajeman Stres

Stres berkepanjangan bisa berakibat penyakit serius dan masalah kesehatan mental lainnya


Beragam Jenis Meditasi: Mengenali Aktivitas dan Manfaatnya

10 hari lalu

ilustrasi meditasi (pixabay.com)
Beragam Jenis Meditasi: Mengenali Aktivitas dan Manfaatnya

Pemusatan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu itu inti dari aktivitas meditasi


Peneliti Ungkap Orang Cenderung Cari Pasangan yang Mirip, dari Segi Apa?

16 hari lalu

Ilustrasi pasangan/Whatsapp
Peneliti Ungkap Orang Cenderung Cari Pasangan yang Mirip, dari Segi Apa?

Banyak yang mengaku memilih pasangan dengan sifat dan kesenangan yang berlawanan tapi penelitian menyebut kebanyakan pasangan memiliki kesamaan.


Kata Psikolog Soal Fantasi Seks Suami-Istri Jadi Pesta Orgy: Bukan Fenomena Baru

18 hari lalu

Polres Jakarta Selatan menangkapan 4 tersangka pelaku pesta seks di kawasan Hotel daerah Semanggi Jakarta Selatan, Selasa, 12 September 2023. Foto: Ohan
Kata Psikolog Soal Fantasi Seks Suami-Istri Jadi Pesta Orgy: Bukan Fenomena Baru

Menurut dia, dari sisi psikologis, pesta orgy yang baru saja dibongkar polisi Jakarta Selatan itu bukan fenomena baru. Kenapa disebut semakin marak?


Marak Kasus Bunuh Diri, Psikolog Beri Saran Pencegahan

24 hari lalu

Ilustrasi pencegahan atau stop bunuh diri. Shutterstock
Marak Kasus Bunuh Diri, Psikolog Beri Saran Pencegahan

Bercerita tentang masalah yang dihadapi sangat penting dalam membantu melepaskan beban emosional orang yang ingin bunuh diri.


Cara Sederhana Berlatih Mindfulness

24 hari lalu

Ilustrasi meditasi. puer-chay.ru
Cara Sederhana Berlatih Mindfulness

Mindfulness melibatkan metode pernapasan, imajinasi terpadu, dan praktik lain guna merilekskan tubuh serta pikiran dan membantu mengurangi stres.


Memuja Idola secara Berlebihan, Termasuk Gangguan Jiwa?

32 hari lalu

Ilustrasi konser musik
Memuja Idola secara Berlebihan, Termasuk Gangguan Jiwa?

Kegilaan pada idola yang belum tentu kenal dengan kita mengarah pada hubungan parasosial, romantisme semu sampai halu, dan indikasi gangguan jiwa.


Bahas Self Harm, Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Gelar Webinar From Scars to Stars

35 hari lalu

Screen Capture webinar Ikatan Psikolog Klinis Indonesia
Bahas Self Harm, Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Gelar Webinar From Scars to Stars

Self harm merupakan segala bentuk perilaku menyakiti diri atau merugikan diri sendiri secara fisik, emosional, atau mental.


Ini Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Ketahui Sebelum Berkonsultasi

40 hari lalu

Ilustrasi pasangan konsultasi dengan psikolog. Shutterstock
Ini Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Ketahui Sebelum Berkonsultasi

Perbedaan psikolog dan psikiater terletak pada latar belakang pendidikannya, gelar akademik, ruang lingkup praktik hingga kasus yang ditangani.