TEMPO.CO, Jakarta - Jagat literasi semakin menggeliat dan ditandai dengan munculnya berbagai komunitas penulis yang mewadahi minat menulis dan semakin banyak penulis muda yang menjadi bintang baru. Salah satunya ialah Komunitas Nulis Aja Dulu (NAD) yang telah resmi meluncurkan program NAD Academy 2022.
Menurut humas NAD Academy 2022, Brigitta Innes, para akademia diseleksi oleh para admin NAD tanpa campur tangan pihak lain sehingga murni dari internal. Pertama, tulisan mereka sering muncul di grup dan sering dimuat di media massa. Kedua, aktif mengikuti event reguler setiap tahun, mulai dari Battle Challenge, 30 Hari Menulis, dan Fun Flash Fiction.
"Dari ketiga event tersebut kami menilai berdasarkan tulisan mereka. Walau tidak harus melulu menjadi juara, tulisan mereka terlihat menonjol," ucap Innes.
Hal yang tidak kalah penting dan bisa mengurangi penilaian ialah bagaimana menjaga sikap. "Salah satu hal yang kami lihat adalah bagaimana mereka menjadikan media sosial bukan hanya untuk hal-hal drama atau menyebar hoaks, misalnya," ujar Innes.
Komunitas literasi Nulis Aja Dulu menggelar field trip ke beberapa lokasi di Jawa tengah untuk bahan riset program NAD Academy 2022 pada 19-21 Agustus 2022/Foto: Doc. NAD
Lalu, siapa saja para NAD Academy 2022 terpilih? Alfian N. Budiarto, Biru Samudera, Dia Nana, Hasan Aoni, Oberheim Zildjian Harahap, Ocha Lewar, Puput Sekar, Puspa Seruni, Shalihah S
Prabarani, dan Yuke Neza. Kegiatan para akademia kali ini dimulai dari pendalaman materi melalui perjalanan riset ke beberapa daerah, mulai dari mengunjungi PT Sukun Wartono Indonesia, PT Djarum, Museum Kretek, Museum Jenang di Kudus, perkebunan tembakau di Temanggung, dan perkebunan teh di Wonosobo.
"Dari beberapa daerah yang dikunjungi tersebut diharapkan mereka bisa riset dan bertemu langsung dengan orang-orang di lapangan yang akan menunjang karya mereka nanti," lanjut
Innes, yang juga admin NAD.
Selama proses inkubasi yang dilalui, mereka juga didampingi para mentor, mulai dari Hermawan Aksan, Kurnia Effendi, Iksaka Banu, Mohamad Sobary, dan Triyanto Triwikromo. Kemudian, mereka juga didampingi oleh para fasilitator seperti Awi Chin, Felix Nesi, dan Anggraini Rani Adityasari.
Menurut salah satu mentor, Kurnia Effendi, dalam materi yang disampaikan kepada akademia, dalam menyusun sebuah cerita, khususnya novel, tidak cukup hanya dibuat beberapa hari dengan riset seadanya.
"Banyak sekali elemen yang dibutuhkan agar menjadi karya yang baik, mulai dari riset mendalam, pengembangan karakter setiap tokoh, hingga bagaimana menghadirkan alur cerita yang menarik," katanya.
Kelak, para akademia terpilih ini tidak hanya mengerjakan tugas dengan kurun waktu sampai akhir 2022. Mereka juga akan menjadi Brand Ambassador NAD untuk literasi.
"Maka, pada saat novel ini selesai tercetak, kami juga akan melakukan roadshow untuk memperkenalkan karya mereka. Tentu saja, kami akan menjadikan mereka perpanjangan
tangan kami untuk menyampaikan pesan dan semangat literasi kepada orang-orang di sekitar mereka," sambung Innes.
Harapan NAD kepada akademia tentu saja pihaknya akan terus mendampingi mereka untuk menggaungkan semangat literasi kepada siapa pun. "Paling tidak, mereka bisa menjadi duta literasi bagi orang-orang terdekatnya. Walaupun jalan menuju ke sana tidak mudah, kami akan terus berusaha mewujudkannya," ungkapnya.
Baca juga: Resep Dokter Sukar Dibaca, Ini Sebabnya