TEMPO.CO, Jakarta -Jangan meremehkan kebiasaan mendengkur alias mengorok. "Seringkali mitos yang beredar di masyarakat yang mengatakan mendengkur adalah tanda tidurnya nyenyak atau karena kondisi tubuh yang sedang lelah. Sebaiknya segera periksakan ke dokter untuk mengetahui penyebabnya," kata dr. Niken Lestari P., Sp.THT-KL(K), Spesialis akunpunktur medik Rumah Sakit Universitas Indonesia atau RSUI.
Sudah selayaknya gangguan tidur dideteksi sejak dini agar dapat diberikan penanganan yang sesuai sehingga dampak-dampaknya dapat dicegah. Maka tak heran jika dr. Niken menyatakan kebiasaan tidur mendengkur tidak boleh diremehkan dan perlu segera diperiksa ke dokter.
Mitos Keliru dan Penyebab Dengkuran
Dilansir dari laman tempo yang terbit pada 8 Juni 2021 silam dengan judul “Jangan Abaikan Tidur Mendengkur, Simak Saran Dokter”, mitos mengenai mendengkur adalah tanda tidur yang nyenyak juga tidak sepenuhnya benar.
Niken mengatakan kualitas tidur yang kurang baik dapat disebabkan oleh mendengkur atau sleep apnea. Mendengkur dapat terjadi karena dua hal, yaitu adanya kelainan di otak dan adanya gangguan saluran napas atas (penyempitan hidung-tenggorok).
"Gangguan saluran napas dapat terjadi akibat adanya perubahan struktur (cuping hidung jatuh, tenggorok makin panjang), serta adanya perubahan fungsi otot tenggorok yang melemah," jelasnya.
Beberapa dampak juga dapat timbul dari kebiasaan mendengkur, di antaranya dapat terjadi masalah pernapasan (mudah terserang selesma), masalah kardiovaskular (darah tinggi), masalah serebrovaskular (stroke), gangguan kualitas hidup (adanya risiko jatuh, kecelakaan), hingga masalah kognitif (gangguan konsentrasi dan daya ingat).
"Jika seseorang mengalami perubahan kuantitas dan kualitas tidur, maka dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi dan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu langkah awal yang penting untuk dilakukan adalah mengetahui apa yang menyebabkan gangguan tidur tersebut," ujarnya.
Mengorok Identik Orang Sudah Tua?
Disamping mitos bahwa mendengkur adalah tanda tidur yang nyenyak, ada juga perdebatan mengenai mendengkur hanya berlaku bagi orang tua. Hal ini merupakan fakta, sebab seiring bertambahnya usia, otot tenggorokan menjadi rileks. Hal itu yang menyebabkan otot bergetar dan mengeluarkan suara dengkuran, walaupun mendengkur dapat terjadi di segala usia.
Selain itu, dr Andreas Prasadja Ahli somnologi atau kesehatan tidur, mengatakan bahwa mendengkur tidak hanya menjadi kebiasaan yang dimiliki manusia. Sebab hewan pun juga dapat mengorok.
Menurut dr Andreas, sebuah penelitian pernah dilakukan pada anjing. Penelitian tersebut menemukan bahwa mendengkur pada anjing juga dapat menimbulkan sejumlah efek samping. Contohnya hipertensi dan pembesaran tonsil atau amandel. "Kita temukan amandel anjing jadi membesar. Jadi, getaran dari ngorok ini membuat amandel jadi besar," tuturnya.
Selain dua mitos diatas, ada juga klaim bahwa alkohol dapat membantu dalam mengurangi kebiasaan mendengkur. Terkait ini memang benar bahwa alkohol bisa membantu supaya cepat mengantuk, namun tidak akan membuat Anda terhindar dari mendengkur.
Andreas menambahkan, konsumsi alkohol jadi salah satu faktor risiko mengorok. "Alkohol membuat saluran napas jadi lembek. Kita tahu, nih, ada orang enggak mendengkur. Tapi, dia jadi mengorok begitu menenggak minuman beralkohol," tuturnya.
DANAR TRIVASYA FIKRI
Baca : Dua Alat Bantu Bisa Stop Mendengkur, Apa Itu?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.