TEMPO.CO, Jakarta - Stunting bukan hanya karena gizi buruk tapi juga penyakit kronis sehingga sangat penting memberikan imunisasi lengkap pada anak. Begitu penjelasan Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K).
"Karena salah satu penyebab stunting itu penyakit, maka melengkapi imunisasi pada anak juga bisa berperan penting," kata Piprim.
Menurutnya, anak yang gampang sakit karena tidak menerima imunisasi lengkap akan mengalami gangguan nutrisi karena nafsu makan terganggu. Pada akhirnya, hal tersebut akan menyebabkan anak stunting.
"Anak yang sehat nafsu makannya akan baik, makannya juga bisa banyak. Insya Allah enggak stunting kalau dikasih asupan yang benar. Tapi kalau anak itu bolak-balik sakit, bolak-balik dirawat di rumah sakit, tentu akan berpengaruh ke nutrisi yang masuk. Di sinilah pentingnya melengkapi imunisasi rutin yang sudah digariskan oleh pemerintah," tutur Piprim.
Piprim juga mengatakan saat akan diimunisasi di posyandu, ada pemeriksaan berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala sehingga orang tua bisa mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Baca Juga:
"Saat anaknya kontrol imunisasi, itu harus selalu diperiksa berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala. Indonesia juga menggunakan buku KIA, baik untuk ibu dan anaknya. Nanti dicocokkan saja, ada di jalur yang benar atau enggak. Kalau ada penyimpangan, baik dia (grafiknya) datar saja, itu sudah enggak benar karena seharusnya naik," jelasnya.
Sayangnya, cakupan imunisasi pada anak di Indonesia menurun drastis sejak pandemi COVID-19. Terbukti, saat ini sudah banyak bermunculan penyakit-penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti difteri, campak, dan rubella.
"Ada beberapa laporan difteri muncul kembali, rubella, campak, tetanus bahkan, dan ini membuat kita prihatin karena selama ini penyakit itu sudah terkendali dengan cakupan imunisasi yang tinggi. Tapi pandemi ini cukup berdampak," ujar Piprim.
Diketahui, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menggaungkan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) sebagai upaya meningkatkan cakupan imunisasi. Piprim menegaskan kembali imunisasi sangat penting untuk menghindari Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
"Ambil contoh difteri. Difteri itu adalah penyakit saluran pernapasan yang kalau anak tertular, saluran napasnya tersumbat oleh selaput putih," ujar Piprim.
Ia menambahkan kematian akibat difteri juga cukup tinggi, yakni bisa mencapai 20 persen. Fakta inilah yang kadang tidak disadari oleh masyarakat.
"BIAN ini kan gratis, silakan orang tua berbondong-bondong, baik ke puskesmas atau posyandu, supaya anak-anak kembali catch up lagi imunisasinya," ajak Piprim.
Baca juga: Makan Telur dan Ikan Setiap Hari Efektif Turunkan Stunting