TEMPO.CO, Jakarta - Sindrom auto brewery juga dikenal sebagai sindrom fermentasi usus dan fermentasi etanol endogen yang menyempal sebagai teler tanpa minuman beralkohol. Ini kadang-kadang disebut "penyakit mabuk." Kondisi ini membuat pengidapnya mabuk tanpa minuman berlalkohol.
Sindrom ini pertama kali teridentifikasi di Jepang pada 1952 yang kemudian secara resmi diberi nama Auto Brewery Syndrom pada 1990.
Ini terjadi ketika tubuh mengubah karbohidrat menjadi alkohol. Sindrom auto brewery bisa sulit didiagnosis. Mungkin juga keliru untuk kondisi lain. Hanya beberapa kasus sindrom auto brewery telah dilaporkan dalam beberapa dekade terakhir.
Mengutip Very Well Mind, proses fermentasi di usus merupakan bagian normal pencernaan dan terjadi melalui pemecahan makanan oleh bakteri di usus besar. Pada orang dengan sindrom auto brewery, proses fermentasi tersebut justru terjadi di usus kecil dan melibatkan bakteri yang terlalu banyak.
Bakteri yang terlalu banyak tersebut dapat mengubah karbohidrat menjadi etanol, yakni kandungan yang biasa terdapat pada alkohol. Etanol yang dihasilkan oleh fermentasi jamur akan memasuki aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Hal inilah yang membuat pengidap sindrom ini menjadi mabuk.
Melansir healthline, sindrom auto brewery dapat diobati. Dokter mungkin merekomendasikan untuk mengurangi konsumsi karbohidrat sejalan setop minuman beralkohol. Dokter juga mungkin meresepkan obat antijamur. Obat ini bekerja untuk menyingkirkan infeksi jamur yang mungkin menyebabkan masalah di usus. Orang dengan sindrom auto brewery juga disarankan makan karbohidrat kompleks yang lebih tinggi serat sebagai alternatif seperti roti gandum, beras merah, dan biji-bijian.
HATTA MUARABAGJA
Baca : Konsumsi Minuman Beralkohol dapat Menyebabkan Sindrom Wernicke-Korsakoff, Apa Itu?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.