TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian anak mengalami pertumbuhan fisik yang cenderung lambat. Umumnya para ibu akan menganggap tumbuh kembang setiap anak memang berbeda. Namun, bisa jadi anak tersebut justru mengalami goncangan pertumbuhan atau faltering growth. Apa itu?
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), faltering growth adalah istilah yang digunakan untuk anak dengan pertumbuhan fisik yang lamban, seperti kenaikan berat badan yang lambat atau lebih rendah dari anak di usianya. BKKBN juga menyebut kondisi ini merupakan cikal bakal stunting, biasanya terjadi pada bayi atau balita yang tidak mendapatkan asupan nutrisi seimbang, anak yang menderita sakit, atau anak dengan malabsorbsi. Biasanya ditandai dengan tinggi badan, berat badan, serta lingkar kepala tidak sesuai dengan grafik standar pertumbuhan.
Dampak
Pada 2012 UNICEF mengungkapkan faltering growth bisa berpengaruh pada fungsi kognitif anak. Hal ini bisa berdampak pada kehidupan anak di masa depan, seperti daya serap saat belajar yang buruk dan mengakibatkan prestasi di bidang pendidikan tidak baik, serta lamanya waktu menempuh pendidikan. Ini kemudian bisa jadi cikal bakal rendahnya pencapaian anak pada saat beranjak dewasa.
Dampak selanjutnya yang muncul adalah keterlambatan perkembangan, disfungsi gastrointestinal, defisit kognisi dan kompetensi emosional ataupun sosial, serta peningkatan risiko infeksi. Bahkan, faltering growth juga dikaitkan dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah sehingga dapat mempengaruhi produktivitas bangsa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Satoto pada 1990, berikut penyebab faltering growth:
-Pola pemberian ASI.
-Pemberian makanan tambahan atau MPASI dalam bentuk makanan yang punya kandungan rendah energi serta rendah protein.
-Peningkatan risiko terkena infeksi yang disebabkan oleh buruknya sanitasi keluarga, perawatan kesehatan yang kurang baik, serta penurunan pemberian ASI yang memicu penurunan gizi anak.
-Lingkungan asuh anak.
-Kesehatan ibu
-Keadaaan sosial ekonomi keluarga.
Cara pencegahan
Ada intervensi yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko faltering growth menurut Badan Pelatihan Kesehatan Semarang. Cara yang paling ampuh adalah memperhatikan gizi serta kesehatan ibu serta layanan sebelum persalinan. Ini harus dimulai sejak sebelum anak lahir hingga anak menginjak usia 2 tahun. Selain itu, memberikan suplemen makanan yang mengandung berbagai vitamin dan mineral pada anak juga bisa membantu. Tetapi, hal ini juga harus dibarengi dengan pemberian konseling pada orang tua tentang pentingnya konsumsi makanan bergizi serta menerapkan pola hidup sehat dan bersih.
Baca juga: Terlambat Penanganan HIV Anak Pengaruhi Cara Pengobatannya