TEMPO.CO, Jakarta - Sindrom Churg-Strauss adalah kondisi medis yang menyebabkan pembuluh darah meradang. Kondisi ini juga dikenal dengan granulomatosis eosinofilik with poliangiitis (EGPA). Ini merupakan salah satu bentuk vaskulitis, yakni istilah medis umum yang merujuk pada kondisi peradangan pembuluh darah.
Mengutip Healthline, peradangan di pembuluh darah membuatnya menyempit dan mengurangi jumlah darah yang bisa mengalir melaluinya. Ini berarti aliran darah ke organ dan sistem utama juga kurang dari biasanya. Aliran darah yang berkurang ke organ-organ dapat merusaknya.
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan sindrom Churg-Strauss. Namun, para ahli menduga asma menjadi penyebab umum kondisi tersebut. Salah satu studi yang terbit di National Library of Medicine meneliti keterkaitan salah satu bahan dalam obat umum untuk asma berat, yakni montelukast dalam memicu Churg-Strauss.
Sejauh ini tidak ada cukup bukti untuk menunjukkan bahwa montelukast menyebabkan Churg-Strauss. Namun, ada bukti yang menunjukkan bahwa montelukast dapat menimbulkan Churg-Strauss jika sudah merupakan kondisi yang sebelumnya tidak terdeteksi.
Sindrom ini diketahui tidak bersifat genetik dan tidak menular. Selain itu aktivitas sistem autoimun yang terlalu aktif dapat terlibat dalam memicu kondisi ini.
Baca Juga:
Mengutip Cleveland Clinic, karena EGPA dapat mempengaruhi beberapa organ yang berbeda, ada berbagai macam gejala. Orang yang memiliki EGPA umumnya mungkin kerap merasa sakit, kelelahan, hingga demam. Gejala lain dapat meliputi:
- Sesak napas akibat asma atau peradangan pada kantung udara dan pembuluh darah paru-paru.
- Nyeri dada akibat penyakit yang menyerang paru-paru atau jantung.
- Ruam pada kulit.
- Nyeri otot dan/atau sendi.
- Pilek
- Sakit perut atau darah dalam tinja dari keterlibatan saluran usus.
- Perasaan abnormal, dan mati rasa atau kehilangan kekuatan dan perasaan dari keterlibatan saraf.
Pengobatan lini pertama Churg-Strauss adalah mengonsumsi obat jenis kortikosteroid, seperti prednison. Dokter mulanya dapat memberikan obat ini dalam dosis besar yang seiring waktu akan dikurangi menjadi dosis yang lebih kecil tergantung perkembangan penyakit.
Dalam kasus yang lebih parah, jika kortikosteroid tidak memberikan efek yang diharapkan, obat imunosupresan dapat menjadi opsi untuk diberikan. Contoh obat imunosupresan meliputi metotreksat, siklofosfamid, dan azatioprin
HATTA MUARABAGJA
Baca juga: 3 Sebab dan 9 Gejala Asma yang Perlu diperhatikan