TEMPO.CO, Jakarta - Microsleep mengacu kondisi tidur yang sangat singkat, hitungan detik. Orang yang mengalami kondisi ini tertidur tanpa menyadarinya. Mengutip Sleep Foundation, microsleep terjadi akibat kurang tidur.
Walaupun begitu, kondisi ini juga bisa dialami orang yang tidak memiliki gangguan tidur. Biasanya tersebab aktivitas yang monoton seperti mengemudi di jalan raya yang lurus dan kosong.
Apa itu microsleep?
Microsleep ditandai kepala yang mengangguk-angguk, kemudian mata melemah tertutup secara perlahan. Biasanya microsleep terjadi ketika sore hari, ketika energi menurun secara alami.
Saat microsleep gelombang otak jadi melambat. Microsleep melibatkan aktivitas otak yang berbeda dalam tidur biasa. Selama microsleep, sebagian besar otak yang dinonaktifkan selama tidur tetap aktif, termasuk bagian yang berfungsi untuk tetap terjaga.
Otak juga merespons suara secara berbeda selama microsleep dibandingkan saat terjaga atau tidur. Otak merespons suara selama microsleep, tapi pola reaksinya tidak sama saat seseorang terjaga. Misalnya, selama microsleep, otak tidak melakukan pemnbedaan suara dengan nada yang berbeda.
Mengutip Healthline, mencegah episode microsleep penting untuk cukup tidur pada malam. Waktu tidur yang sehat untuk orang dewasa antara tujuh jam sampai sembilan jam.
Beberapa penyesuaian gaya hidup dan mengembangkan rutinitas tidur bermanfaat meningkatkan kualitas tidur antara lain:
1. Menghindari kafein dan cairan sebelum tidur, terutama alkohol jika sudah lelah
2. Mematikan lampu atau suara di sekitarnya
3. Menghindari aktivitas yang merangsang sebelum tidur
4. Menjaga suhu yang nyaman dalam kamar tidur
Baca: Kecelakaan Grup Debu, Mengingatkan Bahaya Microsleep Saat Berkendara
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.