Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Masih Muda kok Mengalami Alzheimer? Mengenal Young Onset Demensia

image-gnews
ilustrasi demensia (pixabay.com)
ilustrasi demensia (pixabay.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Demensia adalah penyakit yang berkaitan dengan melemahnya daya ingat dan penurunan fungsi kognitif. Umumnya, demensia dialami oleh orang lanjut usia. Namun nyatanya demensia juga dapat dialami oleh orang yang lebih muda.

Young Onset Demensia (YOD) merupakan sebutan untuk orang yang mengalami demensia sebelum usia 65 tahun. Mengutip Alzheimer's Society, YOD dialami oleh lebih dari 42.000 orang di Inggris dan 28.000 di Kanada. YOD menyumbang sekitar 2 hingga 8% dari semua kasus demensia.

Penyebab demensia onset muda mirip dengan penyebab demensia pada orang tua. Namun, beberapa penyebab, seperti demensia frontotemporal (FTD), lebih sering terjadi pada orang yang lebih muda. Demensia pada orang yang lebih muda seringkali memiliki gejala yang berbeda.

Alzheimer adalah jenis demensia onset muda yang paling umum. Penyakit ini mempengaruhi sekitar 1 dari 3 orang yang lebih muda dengan demensia. Penyakit Alzheimer berkembang akibat menumpuknya protein di otak. Hal ini menyebabkan sel-sel otak mati sehingga mempengaruhi fungsi yang dikendalikan oleh otak.

Mengutip Mayo Clinic, dalam kasus yang lebih jarang, Alzheimer pada usia muda dapat terjadi akibat mutasi pada salah satu dari tiga gen, yakni APP, PSEN1 atau PSEN2. Mutasi gen ini diwariskan ke anggota keluarga lainnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketiga gen ini muncul pada kurang dari 1% dari semua orang dengan Alzheimer dan sekitar 11% dari orang dengan Alzheimer yang muncul pada usia muda. Jika memiliki mutasi genetik pada salah satu dari tiga gen tersebut, seseorang dapat mengembangkan Alzheimer sebelum usia 65 tahun.

Selain itu, mengutip Alzheimer’s Indonesia, terdapat gaya hidup yang dapat memicu Alzheimer atau demensia lebih dini, seperti kurang berolahraga, kebiasaan minum alkohol, merokok, dan mengonsumsi makanan-makanan tidak sehat yang tinggi lemak jenuh dan gula.

HATTA MUARABAGJA
Baca juga : Gejala Demensia yang Perlu Dideteksi Sejak Dini

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Memahami Tahapan Alzheimer, pada Usia Berapa Biasa Terserang?

2 hari lalu

Ilustrasi demensia/Alzheimer. Wisegeek.com
Memahami Tahapan Alzheimer, pada Usia Berapa Biasa Terserang?

Meski biasanya dialami lansia atau usia 65 tahun ke atas, orang yang lebih muda juga bisa kena Alzheimer. Kenali tahapannya agar waspada gejalanya.


Dari Tumor hingga Henti Jantung, Inilah Sederet Istilah Medis yang Kerap Disalahpahami

6 hari lalu

Ilustrasi tumor mata
Dari Tumor hingga Henti Jantung, Inilah Sederet Istilah Medis yang Kerap Disalahpahami

Banyak istilah medis yang sering dipahami dengan keliru. Berikut di antaranya.


4 Bumbu Dapur Sahabat Kesehatan Otak dan Penangkal Alzheimer

8 hari lalu

Ilustrasi bumbu lada hitam. REUTERS
4 Bumbu Dapur Sahabat Kesehatan Otak dan Penangkal Alzheimer

Salah satu metode efektif untuk meningkatkan kesehatan otak dan mencegah penyakit Alzheimer adalah dengan mengonsumsi makanan yang baik buat otak.


Awas, Gangguan Pendengaran Dapat Percepat Demensia pada Lansia

36 hari lalu

ilustrasi lansia (pixabay.com)
Awas, Gangguan Pendengaran Dapat Percepat Demensia pada Lansia

Fungsi seperti mendengar dan berbicara dapat mempengaruhi proses demensia


Kebiasaan Tidur Ini Bisa Jadi Alarm dari Demensia

13 Februari 2024

Ilustrasi demensia. Shutterstock
Kebiasaan Tidur Ini Bisa Jadi Alarm dari Demensia

Menendang atau berteriak saat tertidur lelap bisa menjadi indikasi demensia.


Studi Temukan Hubungan antara Kebiasaan Mengupil dengan Penyakit Alzheimer

10 Februari 2024

Ilustrasi anak mengupil. Shutterstock.com
Studi Temukan Hubungan antara Kebiasaan Mengupil dengan Penyakit Alzheimer

Penelitian ini menyoroti bagaimana tindakan yang tampaknya tidak berbahaya seperti mengupil bisa berkontribusi terhadap perkembangan Alzheimer.


Anaknya Cemooh Biden Idap Alzheimer, Menteri Ekstremis Israel Ben-Gvir Minta Maaf

7 Februari 2024

Itamar Ben-Gvir. Abir Sultan/Pool via REUTER
Anaknya Cemooh Biden Idap Alzheimer, Menteri Ekstremis Israel Ben-Gvir Minta Maaf

Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir meminta maaf setelah putranya menyiratkan dalam bahwa Presiden AS Joe Biden mengidap Alzheimer


Peneliti Ungkap Cara Jabat Tangan Bisa Cerminkan Kondisi Kesehatan

5 Februari 2024

Ilustrasi bersalaman. shutterstock.com
Peneliti Ungkap Cara Jabat Tangan Bisa Cerminkan Kondisi Kesehatan

Seiring usia, jabat tangan yang melemah bisa menandakan Anda berisiko lebih tinggi terhadap beragam komplikasi kesehatan. Simak penjelasannya.


Nenek Berusia 82 Tahun Pengidap Alzheimer Ditahan Israel, Dituduh Milisi di Gaza

3 Februari 2024

Fahamiya Khalidi, perempuan Palestina berusia 82 tahun diebbaskan setelah ditahan dua bulan oleh Israel dari Gaza. Dia dituduh sebagai milisi. Sumber: X
Nenek Berusia 82 Tahun Pengidap Alzheimer Ditahan Israel, Dituduh Milisi di Gaza

Tentara Israel menangkap seorang wanita Palestina berusia 82 tahun dari Gaza yang mengidap penyakit Alzheimer.


Membaca Buku Bisa Meminimalisasi Kesehatan Mental, Lebih Efektif Daripada Mendengarkan Musik

27 Januari 2024

Sejumlah pegiat literasi membaca buku saat kampanye #RuangBacaJakarta didalam Kereta MRT, Jakarta, Minggu, 8 September 2019. Kampanye ini merupakan gerakan MRT Jakarta untuk mendorong minat baca dan dan menjadikan membaca bagian dari gaya hidup masyarakat kota. TEMPO/Muhammad Hidayat
Membaca Buku Bisa Meminimalisasi Kesehatan Mental, Lebih Efektif Daripada Mendengarkan Musik

Selain menambah wawasan, membaca buku dapat membantu penurunan dalam kesehatan mental, seperti stres dan demensia.