TEMPO.CO, Jakarta - Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) 2018 menyebut jumlah penderita penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat. Data BPJS Kesehatan juga menunjukkan pembiayaan penyakit jantung dari Rp 4,4 triliun pada 2014 menjadi Rp 9,3 triliun pada 2018.
Pola hidup sehat yang berkaitan dengan upaya menurunkan risiko penyakit jantung sangat dibutuhkan dalam upaya kesehatan di Indonesia. Direktur Rumah Sakit Cantia Tompasobaru Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, dr. James Komaling, mengatakan pola hidup sehat dapat mencegah hipertensi dan mengurangi risiko terkena penyakit jantung koroner (PJK).
"Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu penyebab penyakit jantung koroner sehingga pola hidup sehat juga menentukan kita tidak terserang penyakit jantung," kata James.
Menurutnya, melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari sangat penting karena dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmHg. Kemudian, mengurangi asupan garam dapat mengurangi tekanan darah sistolik 2-8 mmHg. Mengurangi stres dapat menurunkan tekanan darah sistolik 5 mmHg. Mempertahankan berat badan ideal dapat mengurangi tekanan darah sistolik 5-20 mmHg.
Berhenti merokok dapat mengurangi tekanan darah sistolik 2-4 mmHg dan periksa tekanan darah secara rutin. Harus diakui, dewasa ini serangan jantung tidak hanya menyerang usia tua saja tapi juga usia produktif yang seharusnya menjadi harapan dalam keluarga, perekonomian keluarga secara khusus.
Mengancam segala usia
Bila melihat data Riskesdas 2018, prevalensi memang masih paling banyak di usia lebih 65 tahun. Akan tetapi, fakta yang ada di dunia menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi pada usia yang lebih muda. Bila ditanyakan definisi usia muda, ada beberapa definisi. Ada yang menyebut usia di bawah 45 tahun, beberapa secara bervariasi menggunakan rentang usia batas atas dari 35 tahun sampai 55 tahun.
Banyak penelitian mendapatkan penyakit jantung koroner pada usia muda berkontribusi terhadap 2-6 persen seluruh kejadian serangan jantung. Pada penelitian di Amerika Serikat, peneliti memantau serangan jantung antara tahun 1995 sampai 2014, terdapat sekitar 28.000 kasus serangan jantung yang ternyata sekitar 30 persen terjadi pada usia di bawah 54 tahun.
Sebagai data tambahan, angka kejadian serangan jantung pada usia di bawah 54 tahun itu menunjukkan peningkatan per tahunnya dari sekitar 25 persen di awal penelitian menjadi kisaran 32 persen di akhir penelitian. Angka kematian yang disebabkan oleh PJK di Indonesia cukup tinggi mencapai 1,25 juta jiwa jika populasi penduduk Indonesia 250 juta jiwa (Kemenkes 2020).
Baca juga: 5 Makanan Sehat untuk Mengurangi Risiko Penyakit Jantung