TEMPO.CO, Jakarta - Tragedi Kanjuruhan di Malang, 1 Oktober 2022, masih menyisakan duka. Tragedi Kanjuruhan bermula dari kericuhan yang terjadi setelah pertandingan Liga I antara Arema FC melawan Persebaya berakhir dengan skor 2-3 dan suporter Arema tak bisa menerima kekalahan itu.
Psikolog anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (UI), Vera Itabiliana Hadiwdjojo, membagikan kiat untuk para orang tua agar bisa mengajarkan rivalitas yang sehat kepada anak-anak. Hal itu perlu diajarkan agar ketika berada dalam situasi menang atau kalah anak bisa menyikapinya dengan positif dan tidak merugikan orang lain.
"Menekankan dalam pertandingan yang terpenting bukan hanya kemenangan tapi bagaimana menunjukkan performa terbaik hasil dari latihan selama ini. (Orang tua juga) dapat mengajarkan anak tentang sportivitas tentang bagaimana menghargai kemenangan lawan dan menerima kekalahan dengan lapang dada," kata Vera.
Orang tua sebagai pengajar pertama di keluarga harus berperan sebagai pemberi contoh agar anak memahami konsep rivalitas secara sehat dalam berbagai pertandingan ataupun kompetisi. Vera mengatakan pemberian pemahaman terkait rivalitas yang sehat kepada anak bisa dilakukan sejak usia dini.
Rivalitas sehat
Contoh mudah mengajarkan rivalitas sehat tersebut bisa dimulai dari tindakan orang tua dengan cara tidak membandingkan anak dengan kakak atau adik maupun temannya. Setelah berhasil memahami rivalitas dengan konsep tersebut, orang tua bisa mulai mengenalkan konsep rivalitas dalam skompetisi atau pertandingan di usia sekitar 9 tahun ke atas. Ajarkan anak menggambarkan emosi dengan cara yang baik dan tidak merugikan orang lain ketika mengalami situasi di luar ekspektasi.
"Ajarkan dan biasakan sejak dari rumah atau lingkungan keluarga bagaimana mengekspresikan emosi yang tidak menyakiti diri sendiri, tidak menyakiti orang lain, dan tidak merusak barang," tambah Vera.
Apabila mendampingi, ada baiknya orang tua bisa membantu anak menenangkan dirinya ketika mengalami emosi menggebu-gebu setelah mengalami kekalahan karena sangat wajar apabila dalam sebuah pertandingan orang bisa terbawa emosi mengingat adanya adrenalin tinggi yang bisa memicu hal tersebut.
"Sehingga perlu ada orang-orang yang bersiap untuk mengantisipasi hal ini," tuturnya.
Baca juga: Kiat Meraih Kebahagiaan dari Psikolog