TEMPO.CO, Jakarta - Peringkat literasi anak Indonesia masih rendah. Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawsah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Selain itu, Programme for International Student Assessment (PISA) menyebut budaya literasi masyarakat Indonesia terburuk kedua dari 65 negara yang diteliti di dunia, Indonesia menempati urutan ke-64 dari 65 negara tersebut. PISA menyebutkan, tidak ada satu siswa pun di Indonesia yang meraih nilai literasi di tingkat kelima, hanya 0,4 persen siswa yang memiliki kemampuan literasi tingkat empat. Selebihnya di bawah tingkat tiga, bahkan di bawah tingkat satu.
Untuk meningkatkan budaya literasi dan minat baca anak-anak di Indonesia sekaligus merayakan HUT ERHA yang ke-23, ERHA meluncurkan Tiga Taman Baca Jendela Dunia di Kelurahan Sekayu, Semarang. Peluncuran Taman Baca Jendela Dunia ini bertujuan untuk membantu program Pemerintah dalam peningkatan budaya literasi dan minat baca anak-anak khususnya anak-anak di Semarang.
Chief Corporate Affairs Arya Noble, induk usaha dari ERHA, Andreas Bayu Aji mengatakan program Taman Baca Jendela Dunia ini merupakan sebuah komitmen kami dari ERHA Clinic dibidang Pendidikan. Harapannya program ini bisa membantu program pemerintah dalam peningkatan budaya literasi dan minat baca di Indonesia. "Kita tahu, tingkat literasi di Indonesia masih sangat rendah menurut data statistik UNESCO pada tahun 2012 presentasi minat baca Indonesia sebanyak 0,001 persen. Hal ini berarti dari seribu penduduk hanya satu orang saja yang memiliki minat baca," kata Andreas pada keterangan pers yang diterima Tempo pada akhir September 2022.
Andreas mengatakan harapannya literasi masyarakat Indonesia bisa meningkat dengan adanya Taman Baca Jendela Dunia. "Di dalam Taman Baca ini bukan hanya buku saja yang kita berikan, tetapi kita juga buat program-program yang berkaitan dengan peningkatkan budaya literasi dan minat baca anak. Tahun ini kita coba membangun tiga Taman Baca terlebih dahulu, dan akan kita tingkatkan di tahun depan sebanyak lima sampai enam Taman Baca Jendela Dunia," katanya.
Lurah Sekayu, Kota Semarang, Dwi Ratna Nugraini mengatakan timnya sangat senang sekali dengan pembangunan ini. Ia yakin setiap anak-anak Indonesia mempunyai minat baca yang tingggi, tapi mungkin belum tereksplorasi dengan baik. Ia berharap Taman Baca Jendela Dunia di daerahnyai dapat membangun kembali semangat membaca anak-anak. "Selama ini di daerah kami hanya ada Rumah Pintar untuk berkumpulnya anak-anak, tapi dengan adanya tiga Taman Baca Jendela Dunia yang tersebar di daerah kami, diharapkan dapat menjadi pusat pembelajaran anak-anak dan meningkatkan prestasinya," kata Dwi.
Dalam perayaan HUT ke-23, ERHA Clinic juga melakukan beberapa program sosial lainnya seperti donor darah dan operasi katarak gratis untuk masyarakat. Andreas mengatakan tahun ini timnya sudah mengoperasi sebanyak 1.627 mata katarak mulai dari dari pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Timur dan Papua. Tahun ini pula timnya juga telah mengumpulkan sebanyak 4.235 kantong darah melalui program donor darah yang bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia dan Perkumpulan Sosial Himpunan Bersatu Teguh. "23 tahun Erha Clinic berdiri di Indonesia, tentunya kami ingin membawa perubahan yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat di Indonesia khususnya dalam penanganan buta katarak dan pemenuhan stok darah di Indonesia," kata Andreas Bayu Aji.
Baca: Ada Fasilitas Apa Saja di Taman Literasi Martha Christina Tiahahu?