TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi psikologis yang tertekan karena peristiwa menandakan trauma. Penyebabnya bermacam-macam antara lain, pelecehan, perang, bencana, kecelakaan. Tidak semua orang yang stres akan mengalami trauma.
Mengutip Medical News Today, beberapa orang mengalami gejala trauma setelah beberapa pekan. Sedangkan sebagian yang lain juga mengalami efek trauma jangka panjang. Menurut American Psychological Association, trauma respons emosional terhadap peristiwa mengerikan.
Seseorang mungkin mengalami trauma sebagai respons terhadap peristiwa yang dianggap mengancam atau berbahaya secara fisik atau emosional. Seseorang yang mengalami trauma merasakan berbagai emosi setelah kejadian maupun dalam jangka panjang. Trauma muncul tersebab kewalahan, tidak berdaya, terkejut, atau mengalami kesulitan memproses pengalaman. Trauma juga menyebabkan gejala fisik.
Jika gejala trauma tidak berkurang tingkatnya bisa saja menandakan telah berkembang menjadi masalah kesehatan mental. Kondisi itu gangguan stres pascatrauma atau PTSD.
Baca juga: Trauma, Britney Spears Sebut Kemungkinan Tak Akan Tampil di Panggung Lagi
Jenis trauma
1. Trauma akut
Hasil dari satu peristiwa stres atau berbahaya.
2. Trauma kronis
Hasil dari paparan berulang dan berkepanjangan terhadap peristiwa yang sangat menegangkan. Contohnya, termasuk kasus pelecehan, intimidasi, atau kekerasan dalam rumah tangga.
3. Trauma kompleks
Hasil dari paparan berbagai peristiwa traumatis.
4. Trauma sekunder
Trauma ini mengembangkan gejala dari kontak dekat dengan seseorang yang pernah mengalami peristiwa traumatis.
Kondisi trauma
Seseorang mengalami trauma perasaan itu timbul saat mengingat peristiwa kelam . Kondisi trauma mengganggu aktivitas keseharian, bahkan rentan menghilangkan rasa percaya terhadap orang lain.
Dari segi kognitif, ingatan kejadian traumatis memicu perasaan cemas, ketakutan berlebih, dan perasaan tertekan, dikutip dari American Psychiatric Association. Gejala trauma anak-anak antara lain mengalami kesulitan tidur, perasaan takut, tak ingin ditinggal sendiri walaupun sebentar.
Anak-anak juga cenderung bersikap agresif ketika diajak membahas masa lalu dan marah secara tiba-tiba. Orang yang trauma setelah mengalami stres emosional yang besar dan berlebih. Kondisi itu menyebabkan orang tidak bisa mengendalikan perasaan sendiri, sehingga muncul trauma.
Baca: Perlunya Pendampingan bagi Penyintas Insiden yang Trauma
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.