TEMPO.CO, Jakarta - Abuse by proxy adalah istilah yang merujuk pelecehan emosional terkait kekerasan dalam rumah tangga, dilansir Verywell Mind. Pelecehan emosional ini terjadi ketika pelaku menyakiti korban melalui pihak ketiga.
Kekerasan dalam rumah tangga tergolong pelecehan fisik, seksual, emosional, dan ekonomi. Biasanya anak-anak lebih sering menjadi korban. Terkadang, bentuk pelecehan emosional ini mengakibatkan penghinaan yang mempengaruhi harga diri korban.
Contoh pelecehan emosional
Contoh dari abuse by proxy, salah satunya menyebarkan kebohongan tentang korban kepada teman dan keluarga mereka. Bahkan, pelecehan itu mempengaruhi karier korban sambil berkomunikasi dengan atasannya untuk menghancurkan nama baik dalam pekerjaan. Terkadang, dalam kasus yang ekstrem pelaku sampai melapor kepada pihak berwenang dengan pengaduan palsu. Contoh itu menunjukkan, pelaku memperlakukan korban secara mengintimidasi.
Merujuk National Center for Biotechnology Information, kekerasan dalam rumah tangga, walaupun bermasalah, terkadang korban tak menyadari efeknya terhadap mental. Kondisi itu cenderung mengabaikan adanya pelecehan emosional dalam rumah tangga. Akibatnya, memberikan kemungkinan untuk pelaku tidak segan meminta bantuan orang lain dalam berbuat abuse by proxy.
Baca juga: Psikolog Ungkap Langkah yang Perlu Dilakukan Ketika Mengalami KDRT
Tanda abuse by proxy
- Kehilangan kekuatan dan kendali atas diri sendiri
- Perasaan terjebak dalam suatu hubungan atau mengalami toxic relationship
- Merasa tidak aman atau bahaya ketika berada di dekatnya
- Menerima ejekan yang rutin dari pasangan dan menganggap wajar hal itu
- Merasa didominasi dan diintimidasi pasangan
- Mengalami masalah yang dipicu pasangan dalam hubungan seseorang dengan rekan kerja, komunitas, dan keluarga.
Dampak abuse by proxy
Kekerasan atau pelecehan emosional dalam rumah tangga menyebabkan efek yang intens dan lama, termasuk tekanan emosional, pikiran untuk bunuh diri, kecemasan, dan depresi.
Mengutip dari Health Psychology Research, terdapat laporan riset yang menjelaskan, pelecehan atau kekerasan emosional mengakibatkan dampak jangka panjang menyentuh perasaan. Kondisi itu dianggap lebih parah daripada kekerasan fisik.
Kerusakan yang diakibatkan pelecehan emosional merugikan korban, karena menghancurkan kondisi mentalnya. Anak-anak yang paling dirugikan, karena rentan mengalami gangguan stres pascatrauma atau PTSD.
Baca: Selain Kekerasan Fisik Kenali 5 Tanda Samar Kekerasan dalam Rumah Tangga
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.