TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan Lucia Rizka Andalucia mengatakan salah satu agenda utama pemerintah saat ini adalah transformasi kesehatan di bidang bidang teknologi kesehatan melalui bioteknologi genome sequencing (pengurutan gen) ini. Ia mengatakan saat ini Indonesia belum memiliki penyaringan dari genetika. Padahal dengan mengetahui gen manusia di Indonesia, maka ada banyak yang bisa diketahui.
"Seseorang nanti bisa melihat, misalnya, apakah janin yang berkembang saat hamil membawa gen bagus atau tidak. Adakah gen membawa potensi kecacatan atau penyakit atau justru gen positif. Di sini perkembangan berbasis genome dikembangkan menjadi suatu teknologi yang menjanjikan baik untuk diagnosis atau pengobatan maupun adanya potensi penyakit atau masalah lain di masa depan," kata Lucia dalam wawancara bertajuk Revolusi Genomik di Indonesia, pada pertengahan Oktober 2022.
Setiap orang memiliki genetika yang berbeda. Artinya satu obat yang sama belum tentu ampuh digunakan untuk dua orang dengan gen yang berbeda itu. Dengan mengetahui genetika seseorang maka pengobatan yang bisa diberikan pun akan lebih tepat. "Sekarang itu era Precision medicine. Jadi, belum tentu seseorang menerima pengobatan atau dosis yang sama. Sebab kadang ada menerima efek samping lebih buruk atau tidak diharapkan. Dengan genome sequence itu, setiap orang bisa mendapat pengobatan yang tepat," katanya.
Melalui Biomedical dan Genome Sience Initiative (BGSi) ini pula bisa dimanfaatkan untuk penelitian pengembangan pengobatan pada enam kategori penyakit utama lainnya, yaitu kanker, penyakit menular, penyakit otak dan neurodegeneratif, penyakit metabolik, gangguan genetik, dan penuaan.
Lucia mengatakan awalnya Indonesia baru memiliki 19 mesin dan 12 laboratorium untuk pengurutan genetika. Jumlah itu meningkat pada Agustus 2022 menjadi 41 mesin dan 31 laboratorium. Dan pada Desember 2022 diharapkan bisa 57 mesin dan 43 laboratorium di kawasan regional.
Menurut Lucia, saat ini juga baru ada 7 rumah sakit vertikal yang meneliti penyakit melalui pengurutan gen. Ada RSUPN Cipto Mangunkusumo, RSUP Persahabatan, RS Kanker Dharmais, RSPI Sulianto Saroso, RSUP Sardjito yang diagnosis penyakit seperti penyakit menular, kanker, diabetes dan penyakit langka. Ada pula RS Pusat Otak Nasional Mahar Mardjono yang meneliti penyakit otak dan neurogeneratif melalui pengurutan gen. Terakhir ada RS Prof I.G.N.G. Ngoerah yang mengembangkan pengurutan gen untuk kecantikan dan wellness. "Untuk beauty and wellnes ini juga penting. Tes genome akan melihat nutrisi apa yang cocok sehingga tidak gemuk," katanya.
Menurut Lucia, teknologi genome sequencing ini bisa mendeteksi genetika masyarakat Indonesia yang nantinya untuk pengobatan warga. "Tentunya dengan hal ini akan menekan pengobatan dan membantu BPJS Kesehatan karena tepat dan sesuai hasil diagnosisnya," lanjutnya.
Selama ini, kata Lucia, pengurutan gen sebenarnya sudah banyak dilakukan masyarakat Indonesia. Namun pelaksanaan dan sample genetik masyarakat Indonesia banyak dilakukan di luar negeri. Dengan menggerakkan tes genetik di Tanah Air harapannya data genetik orang Indonesia bisa langsung disimpan di Indonesia. "Kita tahu selama ini obat yang beredar menggunakan basis data Kaukasian alias masyarakat dari Eropa dan Amerika. Sehingga dengan Genome Sequencing, pembuatan obat dan vaksin nanti bisa berbasis data orang Indonesia," kata Lucia.
Pemerintah juga saat ini tengah membangun National Health Biobank untuk menyimpan sample yang digunakan untuk tes pengurutan gen itu. "Bisa berupa darah, jaringan (kanker), dahak dan lainnya. Sample itu disimpan aman di freezer minus 80 Celsius dengan liquid nitrogen, " katanya.
Namun, lanjut Lucia, punya profil genetika saja belum cukup. Untuk itu pemerintah membangun integrated registry system untuk mendapatkan data epidemiologi. Manfaatnya untuk pengembangan obat yang lebih presisi. "Bioteknologi ini sudah ke arah--orang yang akan mendapat terapi akan dicek dulu gennya, cocok nggak obatnya. Referensi inilah yang harus kita punya."
Indonesia masih membutuhkan peran dan dukungan para donatur, seperti The Global Fund, Panin Bank, Biofarma, dan East Ventures, serta melibatkan kolaborator yang terdiri dari Illumina, BGI, Oxford Nanopore Technologies, dan Yayasan Satria Budi Dharma Setia dalam melakukan berbagai tes pengurutan gen ini. Bekerja sama dengan Bill & Melinda Gates Foundation, Illumina mengarahkan reagen senilai lebih dari AS $ 500 dolar kepada Kementerian Kesehatan di Indonesia untuk mendukung kegiatan pengawasan genomik Covid-19.
Senior Director Sales Asia Pacific and Japan Illumina Rob McBride mengatakan donasi tersebut merupakan bagian dari Pathogen Genomic Initiative (PGI) global yang diluncurkan pada tahun 2021 sebagai upaya bersama filantropis antara entitas publik dan swasta, untuk membangun kemampuan kesehatan masyarakat yang penting di bidang yang membutuhkan. Kami juga dianugerahi proyek United Nations Development Program Phase 1 untuk meningkatkan kemampuan genomik dan surveilans penyakit menular di Indonesia.
"Pengajuan pertama dari Indonesia ke GSAID pada awal 2021 (inisiatif untuk mempromosikan berbagi data virus secara cepat) untuk SARS-CoV-2 dilakukan menggunakan rangkaian Illumina dan kami terus menyediakan teknologi untuk yang pertama ini ke GSAID, seperti yang terlihat baru-baru ini dengan virus cacar monyet," katanya.
Baca: AP II Usul Genome Squencing untuk Mendeteksi Varian Omicron Diadakan di Bandara