Dari data Dinas Kesehatan Kota Bandung, akumulasi kasus HIV di Kota Bandung hingga 2021 total berjumlah 5.843 orang. Penambahan dari temuan kasusnya berkisar 300-400 orang per tahun, atau rata-rata 1-2 kasus baru per hari. Berdasarkan faktor risiko, kasus terbanyak kini sejak 2018 pada kelompok heteroseksual yaitu 39,60 persen, yang meningkat 2-3 persen per tahun. “Akibatnya meningkatkan kasus HIV pada pasangan dan perinatal,” kata Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Anhar Hadian.
Adapun kasus HIV pada pengguna jarum suntik (31,71 %) mengalami penurunan sekitar 2-3 persen per tahun, dan homoseksual (22,12 %). Dari segi usia, hampir separuhnya atau 44,84 persen orang dengan HIV berusia 20-29 tahun. Kemudian pada umur 30-39 sekitar 34 persen, dan 2 persen pada kelompok usia 15-19 tahun. Sementara pada kalangan anak berusia kurang dari 14 tahun yaitu 2,74 persen.
Kota Bandung kini menyediakan 24 fasilitas layanan kesehatan bagi orang dengan HIV yang tersebar di 15 rumah sakit, 7 puskesmas, sebuah klinik, dan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat. Total jumlah pengakses hingga Agustus 2022 sebanyak 12.882 orang yang berdomisili di Bandung dan sekitarnya. Sementara yang masih datang untuk mendapatkan obat ARV berjumlah 5.133 orang.
Selain ARV, tersedia layanan terapi pencegahan tuberculosis (TBC), tes viral load untuk mengukur jumlah virus HIV dalam darah. Orang dengan HIV pun dapat mengakses seluruh layanan kesehatan lain seperti imunisasi, keluarga berencana, pengobatan TB, atau hepatitis.
Guna meningkatkan pelayanan kesehatan bagi orang dengan HIV, Dinas Kesehatan Kota Bandung melakukan pengawasan fasilitas kesehatan, pemantauan dari hasil pelaporan layanan per bulan, pertemuan dan evaluasi, serta bekerjasama dengan petugas lapangan dan lembaga swadaya masyarakat terkait HIV dan AIDS. Menurut Anhar, kini pelayanan kesehatan bagi orang dengan HIV sudah berjalan baik, namun masih ada catatan beberapa kekurangan.
Misalnya tempat layanan orang dengan HIV yang masih berdekatan dengan ruang pasien TBC. Kemudian jumlah petugas layanan yang masih kurang sehingga harus merangkap pekerjaan. Lalu pemahaman petugas soal HIV yang perlu ditingkatkan, masalah penelusuran orang dengan HIV yang menghilang atau loss to follow up (LFU), serta pasokan ARV yang kadang tersendat.
ANWAR SISWADI
Baca juga: Bukan Poligami, Ini Saran Dokter untuk Cegah Penularan HIV
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.