TEMPO.CO, Jakarta - Tes kejiwaan atau psikologis biasa disebut istilah psikometri. Mengutip Britannica, ini penggunaan sistematis tes untuk mengukur perilaku psikofisik. Tes kejiwaan secara sistematis mengukur perilaku psikofisik. Hal itu terkait kemampuan, masalah, membuat prediksi tentang kinerja psikologis.
Tes kejiwaan dilakukan oleh psikolog yang akan memeriksa dan mengevaluasi hasilnya untuk menentukan penyebab. Misalnya, tingkat gangguan mental dan durasi gejala. Itu yang akan memandu dalam membuat rencana perawatan yang memenuhi kebutuhan.
Fungsi tes kejiwaan
Merujuk Psych Central, tes kejiwaan dasar juga termasuk perawatan kesehatan mental. Tes ini sering digunakan untuk mengukur dan mengamati perilaku, emosi, dan pikiran seseorang. Tes psikologis disarankan untuk sejumlah alasan termasuk mendiagnosis kondisi kesehatan mental dan mengidentifikasi perilaku yang mengganggu.
Baca: Tersangka Pembunuhan Berencana Rudolf Tobing Jalani Tes Kejiwaan di RS Polri Hari Ini
Menurut American Psychiatric Association, gejala berikut menunjukkan kebutuhan tes psikologis:
- Peningkatan penarikan sosial
- Kegugupan
- Perubahan suasana hati
- Kesulitan menyelesaikan tugas normal
- Perubahan dramatis dalam kebiasaan tidur dan makan
- Masalah konsentrasi
Tes psikologi juga digunakan oleh peneliti atau ilmuwan untuk menguji hipotesis tentang berbagai topik yang tidak selalu terkait masalah kejiwaan. Kegunaan lain untuk tes psikologis meliputi:
- Menyaring pelamar kerja
- Pengembangan organisasi
- Penempatan akademik
Merujuk American Physical Society (APS), tes psikologi tak terpisahkan untuk organisasi, kelompok, dan individu. Organisasi sering menggunakan proses pengujian formal untuk mengukur fungsi psikologis atau kognitif individu juga memahami lebih banyak tentang karyawan, persepsi, dan perasaan.
Baca: Tes Kejiwaan untuk Memeriksa Kesehatan Mental
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.