Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sulit Mengontrol Marah? Anda Mungkin Mengidap IED, Begini Penjelasannya

image-gnews
Ilustrasi karyawan marah/jengkel. Shutterstock
Ilustrasi karyawan marah/jengkel. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Intermittent Explosive Disorder disingkat IED merujuk pada kondisi mental seseorang yang ditandai dengan seringnya menunjukan ledakan marah impulsif atau agresi berlebih secara tidak wajar. IED merupakan salah satu dari gangguan kontrol impulsif. 

Orang dengan IED memiliki tingkat toleransi rendah akan rasa frustrasi. Di luar ledakan kemarahan, orang dengan IED dalam kesehariannya berperilaku normal. Tak seperti kebanyakan orang yang kehilangan kesabaran hanya sesekali, IED melibatkan ledakan amarah yang sering dan berulang. Ketika marah, orang dengan IED dapat melakukan tindakan berlebihan seperti menghancurkan properti, memaki-maki, atau menyerang secara fisik.

Melansir Cleveland Clinic, diperkirakan bahwa sekitar 1,4 persen hingga 7 persen orang pernah mengidap IED. Sekitar 80 persen orang dengan IED memiliki kondisi kesehatan mental lain, dengan gangguan kecemasan, gangguan eksternalisasi, cacat intelektual, autisme, dan gangguan bipolar menjadi yang paling umum. IED dapat terjadi pada anak usia 6 tahun ke atas dan orang dewasa berusia di bawah 40 tahun.

Baca: 10 Manajemen Marah, Tips Melunakkan Emosi

Tanda Penderita IED

Tanda utama Intermittent Explosive Disorder adalah pola ledakan amarah yang tidak rasional dengan situasi atau penyebabnya. Orang dengan IED sadar bahwa ledakan amarah mereka tidak perlu, tetapi merasa tidak dapat mengendalikan tindakan mereka.

Pengidap IED biasanya mengalami hal-hal ini sebelum ledakan amarah:

    • Amarah.
    • Tensi meningkat.
    • Komunikasi buruk.
    • Mengalami adrenaline rush
    • Tremor.
    • Jantung berdegup kencang
    • Merasakan sesak di dada.

Para ahli masih mencoba untuk menemukan penyebab pasti Intermittent Explosive Disorder. Mereka menduga faktor genetik, biologis dan lingkungan berkaitan pada perkembangannya:

  • Faktor genetik: IED lebih sering terjadi dalam keluarga biologis. Studi menunjukkan bahwa 44 – 72 persen kemungkinan penyebab perilaku agresif impulsif adalah genetik.

  • Faktor biologis: Studi menunjukkan bahwa struktur dan fungsi otak berubah pada IED. Telah dibuktikan juga bahwa tingkat serotonin (neurotransmiter dan hormon) pada orang dengan IED lebih rendah dari orang pada umumnya.

    Iklan
    Scroll Untuk Melanjutkan

  • Faktor lingkungan: Mengalami kekerasan verbal dan fisik ketika masa kecil dan/atau menyaksikan pelecehan selama masa kanak-kanak tampaknya berperan dalam perkembangan IED. Pengalaman traumatis di masa kanak-kanak juga dapat berperan.

Umumnya, psikoterapi merupakan pengobatan utama untuk IED, khususnya terapi perilaku kognitif (CBT). Penelitian menunjukan bahwa 12 minggu CBT mengurangi gejala IED termasuk agresi dan pengendalian amarah. CBT membantu orang dengan IED terkait cara mengelola situasi negatif dalam keseharian guna menahan impuls agresif yang dapat memicu ledakan emosi.

Melansir healthline, tidak ada obat khusus untuk IED. Namun, terdapat obat-obatan yang dapat membantu mengurangi perilaku impulsif dan agresi.

Fluoxetine (inhibitor reuptake serotonin selektif, atau SSRI) adalah obat yang paling banyak digunakan untuk mengobati IED. Obat lain yang telah dipelajari untuk IED yakni fenitoin, lithium, oxcarbazepine, dan carbamazipine. Selain itu, terdapat obat-obat lain yang dapat diminum seperti:

  • Antikonvulsan.
  • Antidepresan.
  • Obat anti ansietas.
  • Antipsikotik.
  • Mood regulators.

HATTA MUARABAGJA 

Baca juga: Seperti Apa Hubungan Marah dan Tekanan Darah Tinggi?

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Saran Pakar untuk Kembangkan Kecerdasan Emosional Anak

12 jam lalu

Ilustrasi anak-anak yang sedang membuka media sosial atau sosmed (Foto: Pexels)
Saran Pakar untuk Kembangkan Kecerdasan Emosional Anak

Kecerdasan emosional anak bisa dibangun dengan membiarkannya mengekspresikan perasaan dalam suasana santai dan ramah. Simak saran lainnya.


Pentingnya Literasi Media Sosial bagi Kesehatan Mental, Ini Kata Kemenkes

1 hari lalu

Ilustrasi video viral atau media sosial. Shutterstock
Pentingnya Literasi Media Sosial bagi Kesehatan Mental, Ini Kata Kemenkes

Media sosial diidentifikasi sebagai salah satu pemicu masalah kesehatan mental. Kemenkes sebut enyebut pentingnya literasi.


Tujuan Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis Angkat Tema Kesehatan Mental

1 hari lalu

Konferensi pers film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis di Jakarta pada Kamis, 10 Oktober 2024. TEMPO/Wilna Liana
Tujuan Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis Angkat Tema Kesehatan Mental

Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis berusaha menyoroti isu kesehatan mental yang relevan dengan generasi sekarang.


Ketahui Batasan Diri untuk Jaga Kesehatan Mental saat Bekerja

2 hari lalu

ilustrasi stres (pixabay.com)
Ketahui Batasan Diri untuk Jaga Kesehatan Mental saat Bekerja

Mengetahui batasan atau kemampuan diri terkait beban pekerjaan yang ditanggung bisa membantu menjaga kesehatan mental selama bekerja.


Saran Psikiater untuk Hindari Stres karena Pekerjaan

2 hari lalu

Ilustrasi wanita bekerja dalam kondisi cemas. Foto: Unsplash.com/Icons8 Team
Saran Psikiater untuk Hindari Stres karena Pekerjaan

Psikiater menjelaskan kerja tanpa batas waktu memiliki risiko terhadap kesehatan fisik dan mental akibat kelelahan, termasuk stres.


Psikolog Ingatkan Dampak Buruk Judi Online pada Kesehatan Mental

3 hari lalu

Ilustrasi Judi Online (Tempo)
Psikolog Ingatkan Dampak Buruk Judi Online pada Kesehatan Mental

Ada beberapa dampak buruk judi online pada kesehatan mental seperti hilang kontrol, menghabiskan waktu, uang, memicu stres dan kecemasan saat kalah.


Psikolog Kaitan Kesehatan Mental dan Fisik yang Tak Terpisahkan

3 hari lalu

Ilustrasi anak di sekolah. Shutterstock
Psikolog Kaitan Kesehatan Mental dan Fisik yang Tak Terpisahkan

Penelitian efek kimiawi pikiran pada tubuh menyebut kesehatan mental adalah pendorong kesehatan fisik. Berikut penjelasan psikolog.


4 Kunci Jaga Kesehatan Mental di Tempat Kerja Menurut Kemenkes

4 hari lalu

Ilustrasi wanita stres saat bekerja. Shutterstock
4 Kunci Jaga Kesehatan Mental di Tempat Kerja Menurut Kemenkes

Kemenkes menyebut empat hal yang perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan mental di tempat kerja sesuai tema Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024.


Memasak sebagai Upaya Menjaga Kesehatan Mental

5 hari lalu

Ilustrasi wanita memasak di rumah. Freepik.com/Senivpetro
Memasak sebagai Upaya Menjaga Kesehatan Mental

Aktivitas memasak bermanfaat untuk kesehatan mental, seperti meredakan stres dan kecemasan


Pemicu Gangguan Kesehatan Mental di Tempat Kerja

5 hari lalu

Ilustrasi PHK. Shutterstock
Pemicu Gangguan Kesehatan Mental di Tempat Kerja

Menjaga kesehatan mental penting untuk dilakukan. Terutama di lingkungan kerja