TEMPO.CO, Jakarta - Hoarding disorder atau gangguan penimbunan adalah kesulitan terus-menerus membuang atau berpisah dengan harta benda karena kebutuhan yang dirasakan untuk menyelamatkan mereka. Seseorang dengan gangguan ini mengalami kesulitan memikirkan untuk menyingkirkan barang-barang tersebut. Akibatnya, membuat barang tersebut tidak memiliki nilainya sama sekali.
Penimbunan sering kali menciptakan kondisi hidup yang sempit sehingga rumah atau kamar dapat terisi penuh dengan hanya jalan sempit yang berkelok-kelok melewati tumpukan barang yang berantakan. Seseorang melakukan hal ini memiliki alasan atau sebab tersendiri, meskipun alasan mengapa seseorang mulai menimbun tidak sepenuhnya dipahami.
Hoarding disorder dapat terjadi karena gejala dari kondisi lain. Misalnya, seseorang dengan masalah mobilitas mungkin secara fisik tidak dapat membersihkan sejumlah besar kekacauan atau berantakan. Selain itu, seseorang dengan ketidakmampuan belajar atau mengembangkan demensia mungkin tidak dapat juga mengkategorikan dan membuang barang-barang, seperti dilansir dalam nhs.uk.
Terdapat pula masalah kesehatan mental yang terkait dengan gangguan penimbunan ini, yaitu depresi berat, gangguan psikotik, seperti skizofrenia, dan gangguan obsesif kompulsif (OCD). Dalam beberapa kasus, suka menimbun barang adalah kondisi tersendiri dan sering dikaitkan dengan pengabaian diri.
Baca: Pengidap Hoarding Disorder Merasa Semua Barang Punya Nilai Kenangan
Ciri Pengidap Hoarding Disorder
Seseorang yang memiliki kemungkinan besar untuk mengalami gangguan hoarding disorder ini adalah sebagai berikut:
1. Hidup sendiri
2. Belum menikah
3. Memiliki riwayat keluarga penimbunan
4. Memiliki masa kanak-kanak yang dirampas dengan kekurangan benda-benda materi atau hubungan buruk dengan anggota keluarga lainnya
5. Dibesarkan di rumah yang berantakan dan tidak pernah belajar memprioritaskan dan menyortir barang
Upaya untuk membuang barang sering kali memunculkan emosi sangat kuat yang dapat terasa berlebihan sehingga orang dengan hoarding disorder acapkali cenderung menunda atau menghindari membuat keputusan tentang apa yang dapat dibuang.
Seringkali, banyak dari barang-barang yang disimpan tidak memiliki nilai uang dan mungkin dianggap sampah oleh kebanyakan orang. Seseorang mungkin menyimpan barang-barang tersebut karena alasan yang tidak jelas bagi orang lain, seperti untuk alasan sentimental atau merasa bahwa barang-barang tersebut tampak indah atau berguna. Kebanyakan orang dengan gangguan ini memiliki keterikatan emosional yang sangat kuat dengan objek.
Dengan begitu, penting untuk mengenali tanda-tanda dari hoarding disorder sehingga dapat ditangani oleh psikiater atau ahli profesional dengan secepatnya.
Tanda-tanda Hoarding Disorder
Melansir dari mayoclinic, seseorang yang memiliki hoarding disorder biasanya mengalami tanda-tanda berikut, yaitu:
1. Menyimpan atau mengumpulkan barang-barang yang mungkin memiliki sedikit atau tanpa nilai uang, seperti surat sampah, tas pembawa (totebag), atau barang-barang yang ingin mereka gunakan kembali atau perbaiki,
2. Merasa sulit untuk mengkategorikan atau mengatur item,
3. Mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan,
4. Berjuang untuk mengelola tugas sehari-hari, seperti memasak, membersihkan, dan membayar tagihan,
5. Menjadi sangat terikat pada barang-barang sehingga menolak untuk membiarkan siapa pun menyentuh atau meminjamnya, dan
6. Memiliki hubungan buruk dengan keluarga atau teman.
RACHEL FARAHDIBA R
Baca juga: Viral Anak Kos Timbun Sampah dalam Kamar Gejala Hoarding Disorder
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.