TEMPO.CO, Jakarta - Pada side event presidensi G20, permasalahan bahaya antimicrobial resistence (AMR) atau resistensi antimikroba yang dapat diatasi dengan pendekatan One Health menjadi salah satu topik pembahasan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyelenggarakan serangkaian pertemuan teknis yang mengarah pada side event G20 pada 24 Agustus 2022. Pada pertemuan tersebut, negara-negara anggota G20 membahas bagaimana memajukan aksi bersama untuk mengatasi ancaman bahaya AMR.
AMR terjadi secara alami ketika mikroorganisme terpapar obat antimikroba dan beradaptasi untuk bertahan hidup dari paparan. Tentunya, ini dapat terjadi dan akan membahayakan manusia, hewan, serta lingkungan. Kemudian, mikroorganisme resisten sehingga dapat menyebar dari waktu ke waktu yang berarti obat-obatan biasa tidak lagi efektif digunakan untuk pengobatan. Dengan begitu, AMR akan mempengaruhi semua negara, bahkan resistensi dapat terjadi di berbagai negara dan secara kolektif menghasilkan infeksi resisten yang disebut dengan the silent pandemic.
“Sekarang sudah waktunya bagi negara G20 untuk mengimplementasikan rencana aksi nasional AMR kita sendiri di semua sektor. Pengimplementasin ini dapat menggunakan bukti ilmiah sebagai dasar kita dan meningkatkan intervensi,” ujar Direktur Mutu Layanan Kesehatan, Dr. Kalsum Komaryani, MPPM di Bali pada Kamis, 27 Oktober 2022, seperti dilansir dalam laman sehatnegeriku.kemkes.go.id.
Baca: Kematian Meningkat Gara-gara AMR, Apa Itu AMR?
Secara lebih jelas, Dr. Kalsum mengatakan bahwa dibutuhkan pula data yang lebih akurat dan andal mengenai resistensi, penggunaan, dan konsumsi antimikroba pada manusia, hewan, tumbuhan, makanan, dan lingkungan. Hal tersebut harus dilakukan dengan bekerja sama menggunakan pendekatan One Health.
“Selain itu, jika kami mendapatkan akses yang lebih baik dan lebih adil terhadap vaksin, terapi, dan alat diagnostik, akan lebih mudah untuk membantu mencegah dan mengendalikan infeksi terhadap kesehatan manusia, tumbuhan, dan hewan,” kata Dr. Kalsum.
Melalui serangkaian diskusi teknis, negara-negara anggota G20 berupaya mengidentifikasi sejumlah perkembangan yang diharapkan dapat mengatasi AMR. Salah satunya adalah kolaborasi Quadripartite, yaitu FAO, UNEP, WHO, WOAH untuk One Health. Selain itu, integrasi AMR sebagai jalur aksi dari One Health Joint Plan of Action (OH JPA) juga turut diidentifikasi oleh negara-negara G20.
Pembentukan platform Kemitraan Multi-Stakeholder pada AMR oleh Quadripartite dan inisiatif SECURE oleh WHO dan Global Antibiotic Research and Development Partnership (GARDP) bertujuan untuk menemukan antibiotik berdasarkan kebutuhan kesehatan masyarakat.
Dengan demikian, negara-negara G20 harus berkomitmen untuk meningkatkan cakupan dan kualitas diagnosis infeksi dan infeksi yang resistensi antimikroba di semua tingkat sistem kesehatan negara masing-masing. Pemerintah Indonesia pun berharap dapat berkolaborasi dengan India karena mengambil alih peran tuan rumah G20 pada 2023 dan bergerak maju dalam pekerjaan mendesak untuk mengatasi AMR dengan negara-negara anggota lainnya.
RACHEL FARAHDIBA R
Baca juga: Resistensi Antimikroba Membunuh 700 Ribu Orang Setiap Tahun, Pandemi Tersembunyi
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.