TEMPO.CO, Jakarta - Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023 dari yang semula dapat bertumbuh sebesar 3,8 persen kini menjadi 2,7 persen. Kondisi ini ditengarai oleh lonjakan inflasi, suku bunga yang tinggi, perlambatan laju pertumbuhan ekonomi, hingga terhambatnya rantai pasok global akibat konflik geopolitik.
Salah satu solusi untuk menghadapi dampak gejolak kondisi ekonomi adalah bijak mengelola keuangan. Dampak tersebut diprediksi mendekati kondisi gelap dan berlanjut sampai 1-2 tahun ke depan.
Lalu, apa saja yang dapat dilakukan untuk menjadi masyarakat cerdas dalam menghadapi ancaman resesi ekonomi? Berikut lima hal yang dapat dilakukan.
Siapkan dana darurat
Dana darurat menjadi instrumen penting yang dapat dimanfaatkan apabila sewaktu-waktu terjadi kondisi yang tidak diinginkan. Besaran dana darurat yang dimiliki minimal tiga kali pengeluaran bulanan bagi yang masih berstatus lajang dan minimal enam kali bagi yang telah berkeluarga.
Belanja sesuai kebutuhan
Belanja memiliki peran penting bagi kondisi perekonomian nasional karena akan berdampak pada roda perekonomian yang dapat terus berputar. Oleh karena itu, tetaplah belanja barang sesuai kebutuhan, terutama yang bersifat pokok dan penting.
Cerdas berinvestasi
Di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil, masyarakat tetap dapat berinvestasi namun dengan memperhatikan jenis instrumen investasi. Instrumen yang berisiko rendah dan mudah dicairkan, seperti reksa dana pasar uang ataupun surat berharga negara (SBN), dapat menjadi pilihan yang cenderung aman dalam kondisi saat ini.
Amankan sumber penghasilan
Di tengah maraknya fenomena PHK, penting untuk dapat mempertahankan sumber penghasilan. Karena itu, apabila tidak ada masalah yang mendesak, usahakan untuk tidak mengundurkan diri dari tempat kerja sekarang. Bahkan, apabila memungkinkan, seseorang bisa mencari pekerjaan sampingan untuk menambah sumber penghasilan.
Susun skala prioritas kebutuhan
Seseorang memerlukan skala prioritas agar dapat mengetahui kebutuhan mana yang harus didahulukan serta yang dapat ditunda pemenuhannya. Dalam menghadapi kondisi saat ini, membeli kebutuhan sesuai skala prioritas kebutuhan akan mendukung dalam menyehatkan arus keuangan. Orang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan tetap memastikan arus uang tunai tetap terjaga dan terkontrol, salah satunya melalui kehadiran alternatif pembiayaan seperti Paylater yang memberikan fasilitas cicilan 0 persen dengan jangka waktu tertentu.
General Manager Kredivo, Lily Suriani, mengatakan Paylater memegang peranan sebagai platform pembiayaan yang dapat menjadi instrumen penjaga daya beli bagi berbagai lapisan masyarakat di seluruh Indonesia.
"Kami optimis stimulus yang diberikan untuk menjaga daya beli masyarakat akan dapat membantu Indonesia untuk melalui gejolak ekonomi," kata Lily.
Fundamental ekonomi Indonesia dinilai akan lebih kuat dibanding negara lain dalam menghadapi gejolak ekonomi global. Namun, resesi juga dapat berdampak langsung bagi masyarakat. Dampak yang dirasakan akan beragam, mulai dari berkurangnya penghasilan, kemungkinan pemutusan hubungan kerja, hingga kenaikan harga kebutuhan pokok secara berkepanjangan.
Meski demikian, masyarakat diminta untuk tetap tenang dan tidak panik namun antisipatif dalam menghadapi kondisi tersebut. Selain itu, dibutuhkan peran lintas sektor, baik dari masyarakat, pelaku industri, hingga pemerintah untuk dapat bahu-membahu menghadapi ancaman resesi.