TEMPO.CO, Jakarta - Setiap pekan terakhir November, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencanangkan pekan kesadaran menggunakan antibiotik dunia (WAAW). Tujuannya mencegah dan mengendalikan terjadinya superbug dengan kampanye mulai dari petugas kesehatan kepada masyarakat.
Pakar mikrobiologi klinis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Yulia Rosa Saharman, Ph.D, mengatakan masyarakat harus bijak menggunakan antibiotik agar tidak terjadi pandemi baru superbug.
“Kita harus bijak menggunakan antibiotik supaya superbug tidak menjadi pandemi baru atau bukan seperti fenomena gunung es atau silent pandemi, yaitu pandemi yang diam-diam tapi membunuh,” katanya.
Ia menjelaskan superbug adalah istilah untuk mikroorganisme atau bakteri yang sudah resisten atau kebal terhadap antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat seperti terlalu sedikit atau berkepanjangan dan terlalu sering membuat bakteri yang dulu bisa mati ada yang mencoba mempertahankan bentuknya dengan bermutasi.
“Dia membentuk seperti tameng dan mengubah bentuk, jadi antibiotik tidak bisa membunuh bakteri tersebut, jadi dia bermutasi dengan bentuknya. Dari dulu sama sudah ada bakterinya tapi sifatnya yang berubah,” jelasnya.
Kematian lewati Covid-19
Beberapa penelitian dari data surveilans WHO menyebut angka kematian karena superbug jauh melebihi COVID-19. Karena itu diperlukan kesadaran masyarakat karena di beberapa negara sudah menjadi sebuah pandemi baru.
“Mungkin kita yang selama ini belum terlalu peduli dengan superbug, jadi mungkin diharapkan setelah ini lebih aware dan sadar terhadap bahaya yang mengancam,” ujarnya.
Ia mengatakan superbug bisa dicegah dengan tidak menggunakan antibiotik secara serampangan. Yang bisa dilakukan lebih umum adalah rajin mencuci tangan dan memakai masker untuk menghindari infeksi bakteri.
“Jadi, antibiotik tidak boleh digunakan sembarangan, harus dengan resep dan petunjuk dokter. Misalnya diresepkan antibiotik lima hari, jangan diminum hanya satu hari, enggak bisa seperti itu. Itu yang memicu akhirnya superbug berubah bentuk,” paparnya.
Baca juga: Alasan Tak Dianjurkan Beli Antibiotik tanpa Resep Dokter