Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gawat, Orang Tua Sering Tak Sadar Anak Kena Pneumonia

Reporter

image-gnews
Ilustrasi anak sakit flu/pilek. Shutterstock.com
Ilustrasi anak sakit flu/pilek. Shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua mungkin tak menyadari pneumonia merupakan penyakit berbahaya dan termasuk penyakit menular penyebab kematian pada anak. Setiap tahun setidaknya ada lebih dari 600.000 anak yang meninggal akibat penyakit yang juga disebut sebagai radang paru atau paru-paru basah ini. 

Kurangnya kesadaran karena pneumonia memiliki gejala yang hampir sama dengan flu, seperti demam, batuk, dan radang tenggorokan. Bedanya, pneumonia memiliki gejala khas yang tidak ada pada penderita flu, yaitu disertai sesak napas, nyeri pada dada ketika batuk atau bernapas, terlihat cekungan di dada bagian bawah saat bernapas, tubuh mudah lelah, hingga infeksi telinga. 

Spesialis paru dari Rumah Sakit Siloam,  Allen Widyasanto, menjelaskan pneumonia merupakan infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang umumnya disebabkan berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur. Steptococcus pneumoni adalah bakteri yang menyerang saluran napas dan menyebabkan pneumonia. 

Bakteri dan virus pneumonia ini menyebar dengan cepat melalui percikan air liur ketika penderita batuk dan bersin. Selain itu, pneumonia juga bisa disebabkan paparan bahan kimia yang bisa mengakibatkan kerusakan fisik paru. Pada anak, pneumonia tidak disebabkan oleh satu faktor tetapi oleh gabungan beberapa faktor, seperti kekebalan tubuh, lingkungan berupa paparan asap rokok dan polusi, serta bawaan penyakit paru sejak lahir. 

"Pneumonia dapat menyerang anak yang sehat maupun yang sudah memiliki penyakit bawaan. Akan tetapi, risiko pneumonia pada anak juga akan meningkat jika memiliki berbagai faktor risiko," ujarnya. 

Beberapa faktor risiko pada anak antara lain: 
-Di bawah 2 tahun 
-Memiliki penyakit kronis pada jantung, paru-paru, dan ginjal.
-Diabetes 
-Terinfeksi HIV, pernah melakukan transplantasi organ, atau memiliki kondisi masalah pada sistem kekebalan tubuh.
-Menggunakan implan pada koklea.
-Sindrom nefrotik 
-Penyakit sickle cell 
-Limpa rusak atau tidak ada limpa.
-Kebocoran cairan serebrospinal.

Risiko pada anak
Menurut Allen, anak memiliki risiko besar terkena pneumonia karena sistem kekebalan tubuh yang belum sempurna dan sepenuhnya berkembang, terutama yang berusia di bawah 5 tahun. Adapun, risiko kematian pada penderita pneumonia karena pada kondisi tersebut infeksi menyebabkan peradangan pada kantong-kantong udara kecil (alveoli) di salah satu atau kedua paru-paru. Akibatnya, alveoli dipenuhi cairan atau nanah. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Alveoli ini seharusnya diisi oleh udara. Tapi karena ada infeksi dan peradangan justru diisi nanah atau cairan sehingga proses pertukaran antara oksigen dan karbondioksida terganggu sehingga darah yang dialirkan kekurangan oksigen dan bila dibiarkan bisa menyebabkan kematian," jelasnya. 

Untuk mencegah risiko pneumonia maka penting vaksinasi pada anak. Pemberian vaksin pada anak diprioritaskan dalam dua tahun pertama usia anak karena sistem imun yang lebih rendah dan menyebabkan anak lebih rentan terhadap penyakit menular, terutama yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus seperti pneumonia. 

"Vaksinasi pneumonia bagi anak dilakukan sebanyak tiga kali plus satu kali sebagai boosting atau vaksin penguat," jelasnya. 

Sementara itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (BPOM) memberikan persetujuan vaksin pneumonia telah dapat diberikan untuk semua rentang usia, mencakup bayi, anak, dan remaja, dari usia 6 minggu hingga 17 tahun, serta dewasa berusia 18–49 tahun. Ini merupakan tambahan dari penggunaan vaksin yang telah disetujui untuk mencegah pneumonia bagi anak-anak berusia 6 bulan–5 tahun, dan dewasa di atas usia 50 tahun.

Baca juga: Kiat mencegah dan Mengenali Penyebab Paru-Paru Basah

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

11 jam lalu

Ilustrasi demam berdarah dengue atau DBD. Pexels/Pavel Danilyuk
Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki gejala yang hampir sama dengan Typhus. Namun keduanya adalah jenis penyakit yang berbeda


Ketahui Manfaat dan Risiko Terapi Ikan

2 hari lalu

Kolam terapi ikan di Setu Babakan, Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, dibuka gratis untuk masyarakat mulai Selasa (25/8/2020).(ANTARA/HO-Kominfotik Jakarta Selatan)
Ketahui Manfaat dan Risiko Terapi Ikan

Terapi ikan bisa menghilangkan sel kulit mati, namun dapat berbahaya jika kebersihan kolam tidak terjaga.


Benarkah Tidur di Lantai atau dengan Kipas Angin Sebabkan Paru-paru Basah?

5 hari lalu

Sejumlah anggota ormas dari BPPKB tidur di lantai  saat menunggu pendataan setelah diamankan oleh tim pemburu preman Polres Jakarta Barat (21/9).  Tempo/Aditia Noviansyah
Benarkah Tidur di Lantai atau dengan Kipas Angin Sebabkan Paru-paru Basah?

Dokter meluruskan beberapa mitos seputar paru-paru basah, termasuk yang mengaitkan kebiasaan tidur di lantai dan kipas angin menghadap badan.


Mengenali Tipe Penyakit Pneumotoraks seperti yang Dialami Winter Aespa

8 hari lalu

Ilustrasi paru-paru basah. Foto : halodoc
Mengenali Tipe Penyakit Pneumotoraks seperti yang Dialami Winter Aespa

Winter Aespa alami pneumotoraks dapat berupa kolaps paru total atau kolaps sebagian paru saja. Berikut beberapa tipe penyakit ini.


Arus Balik Lebaran 2024, Polda Banten Tolong Perempuan Sesak Napas di Dermaga 7 Pelabuhan Merak

8 hari lalu

Personel Polda Banten evakuasi perempuan sesak nafas saat arus balik Lebaran di Dermaga VII Pelabuhan Merak, Minggu 14 April 2024. (ANTARA/HO-Polda Banten)
Arus Balik Lebaran 2024, Polda Banten Tolong Perempuan Sesak Napas di Dermaga 7 Pelabuhan Merak

Polda Banten juga melakukan pengawalan korban ke pos kesehatan karena volume kendaraan yang meningkat saat arus balik Lebaran 2024


Apa Itu Penyakit Pneumotoraks yang Diderita Winter Aespa?

8 hari lalu

Winter Aespa. Instagram
Apa Itu Penyakit Pneumotoraks yang Diderita Winter Aespa?

SM Entertainment secara resmi mengkonfirmasi laporan bahwa Winter Aespa telah menjalani operasi untuk pneumotoraks. Penyakit apa itu?


Penyebab Pneumothorax yang Dialami Winter aespa

9 hari lalu

Winter Aespa. Foto: Kpop Wiki
Penyebab Pneumothorax yang Dialami Winter aespa

Winter aespa menjalani masa pemulihan untuk penyakit pneumothorax, apa saja penyebab dan gejalanya?


Pakar Ingatkan Bahaya Main Ponsel di Toilet

10 hari lalu

Ilustrasi pria menggunakan ponsel di toilet. buzznigeria.com
Pakar Ingatkan Bahaya Main Ponsel di Toilet

Penelitian menyebut kebiasaan main ponsel di toilet tentu saja tidak baik karena membuat tubuh lebih mudah terpapar bakteri dan kuman berbahaya.


Guru Besar FKUI Minta Waspadai Penyakit Kronis yang Bisa Kumat di Masa Lebaran

12 hari lalu

Ilustrasi Ketupat. shutterstock.com
Guru Besar FKUI Minta Waspadai Penyakit Kronis yang Bisa Kumat di Masa Lebaran

Masyarakat diminta mewaspadai penyakit kronis yang bisa timbul kembali di masa Lebaran karena tidak dikontrol seperti saat berpuasa.


Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

13 hari lalu

Ilustrasi Kanker paru-paru. Shutterstock
Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

Bukan hanya perokok, mereka yang tak pernah merokok sepanjang hidupnya pun bisa terkena kanker paru. Berikut sederet penyebabnya.