TEMPO.CO, Jakarta - Tubuh membutuhkan keseimbangan, makan, minum, dan tidur. Jika salah satunya tak terpenuhi, bisa membahayakan kesehatan. Misalnya kasus kematian misterius keluarga di Perumahan Citra Garden Extension I, Kalideres, Jakarta Barat.
Polisi menduga satu keluarga meninggal, karena lama tidak makan atau kelaparan. Kemungkinan satu keluarga itu tak makan dikaitkan dengan paham keyakinan tertentu.
Ancaman kesehatan yang berakibat kematian
Baca Juga:
1. Risiko kematian akibat tak makan
Mengutip Medical News Today, kemungkinan seseorang bisa bertahan tanpa makan yang rutin setidaknya satu bulan. Tak makan dalam waktu lama, tubuh menggunakan jaringannya sendiri sebagai bahan bakar. Para ilmuwan belum bisa memastikan secara tepat berapa lama rata-rata bisa bertahan hidup tanpa makan sama sekali. Sebab itu dipengaruhi usia, jenis kelamin, ukuran tubuh, kebugaran, kesehatan umum, dan tingkat aktivitas seseorang.
Merujuk National Public Radio atau NPR, sekitar 11 juta kematian tercatat di seluruh dunia tiap tahun, karena pola makan yang buruk. Mengutip The Lancet, para peneliti menganalisis pola makan orang di 195 negara menggunakan data survei, penjualan dan pengeluaran rumah tangga. Hasilnya untuk memperkirakan dampak pola makan yang buruk terhadap risiko kematian, karena penyakit jantung, kanker, dan diabetes.
"Pola makan yang buruk faktor risiko utama kematian di sebagian besar negara di dunia," kata penulis laporan riset itu Ashkan Afshin dari Institute for Health Metrics and Evaluation di University of Washington.
Baca: Dokter Forensik RSCM Bicara Soal Kematian Satu Keluarga di Kalideres Diduga Karena Kelaparan
Science Daily merujuk tinjauan data dari hampir 3.000 county atau setara kabupaten di Amerika Serikat. Laporan itu menjelaskan, komunitas yang aksesnya mudah ke toko kelontong dan tempat perbelanjaan makanan sehat yang terjangkau dikaitkan dengan tingkat kematian gagal jantung yang lebih rendah.
Selanjutnya simak risiko kematian yang ditimbulkan akibat kekurangan cairan