TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis mikrobiologi di RSP Pertamina, Jihan Samira membagikan sejumlah tips mengonsumsi antibiotik secara bijak. Yang pertama adalah minum antibiotik sesuai yang diresepkan dokter.
Dalam pemberian antibiotik, dokter akan mempertimbangkan berbagai kondisi pasien, seperti tingkat keparahan infeksi, kondisi organ tubuh, jenis atau sediaan obat antibiotik, riwayat alergi, serta kondisi terkini, misalnya apakah pasien tengah hamil atau menyusui.
Menurutnya, ada beberapa antibiotik yang diperbolehkan untuk diminum ibu hamil dan menyusui. Namun, ada pula yang tidak. Terkait ketentuan usia, dia mengatakan sebenarnya tidak ada batasan. Hanya saja penggunaan antibiotik akan disesuaikan berdasarkan usia pasien.
“Antibiotik yang diberikan itu tentunya harus tepat dosisnya, tepat cara memakainya, dan antibiotiknya yang sesuai,” ujarnya.
Jangan salah dosis
Kiat berikut, sebaiknya jangan melewatkan dosis minum antibiotik yang telah dianjurkan dokter. Namun, jika suatu waktu lupa dan terlewat dari jadwal, maka antibiotik tetap dikonsumsi di waktu selanjutnya. Usahakan minum obat antibiotik sesuai waktu yang dianjurkan, misalnya per 8 jam, 12 jam, atau jam. Jika antibiotik yang diberikan sudah sesuai dosis, takaran, dan waktu, apabila ada sisa sebaiknya tidak perlu dihabiskan dan dibuang agar tidak digunakan di kemudian hari.
Selanjutnya, Jihan mengingatkan antibiotik memang untuk mengobati penyakit yang disebabkan infeksi bakteri dan bukan karena infeksi virus atau jamur. Dia juga mengingatkan jika orang mengalami demam maka belum tentu kondisi perubahan suhu itu disebabkan oleh infeksi bakteri sehingga tidak semua orang yang demam diperbolehkan minum antibiotik. Kemudian, sebaiknya jangan menyimpan antibiotik untuk diminum jika sakit di kemudian hari dan jangan minum antibiotik yang diresepkan untuk orang lain.
“Tentunya antibiotik yang diberikan itu haruslah disesuaikan caranya, dosis, dan juga lama waktunya. Jadi, kalau kita mau memberikan takaran dan dosis yang tidak sesuai, antibiotik tersebut juga tidak akan bekerja dengan baik. Justru nanti akan menimbulkan resisten,” katanya.
Resistensi merupakan kondisi kekebalan terhadap efektivitas antibiotik sehingga obat tersebut tidak mampu lagi membunuh suatu bakteri. Menurut Jihan, resistensi antibiotik juga dapat disebabkan penggunaan yang salah dan dosis pemberian yang kurang tepat atau sering menggunakan antibiotik.
Baca juga: Hindari Pandemi Superbug Akibat Antibiotik. Apa Itu?