Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tips Melindungi Anak dari Sesak Napas saat Tidur

Reporter

Editor

Nurhadi

image-gnews
Ilustrasi anak tidur (pixabay.com)
Ilustrasi anak tidur (pixabay.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Orangtua perlu memastikan buah hatinya untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik. Sebab, terkadang anak mengalami sesak napas saat tidur hingga berisiko terkena sindrom kematian bayi mendadak yang mengancam nyawa. 

Dalam laporan penelitian berjudul My Child Cannot Breathe While Sleeping: A Report of Three Cases and Review (2017) menjelaskan, serangan sesak napas saat tidur dapat terjadi karena manifestasi parasomnia. Ini terjadi akibat refluks gastreosofageal atau sebagai gejala epilepsi lobus frontal nokturnal. Berbagai upaya perlu dilakukan orangtua untuk mengatasi gangguan sesak napas anak saat tidur ini. 

Dilansir dari Very Well Family, berikut beberapa tips melindungi anak dari gangguan sesak napas saat tidur: 

Tidur Aman untuk Bayi Baru Lahir hingga Satu Tahun 

Sebagian orangtua baru menyadari bahwa mereka harus menidurkan bayi terlentang dan memberikan ruang napas yang cukup. Faktanya, tidak boleh ada selimut, bantal, boneka binatang, atau bantalan bumper di tempat tidur bayi. Semua barang ini menimbulkan bahaya mati lemas. 

Orangtua juga harus memastikan bahwa bayi mereka ditidurkan pada permukaan yang rata dan kokoh yang tidak lekukan atau kusut. Kasur empuk dan permukaan lain yang melorot atau lekukan karena berat juga menimbulkan bahaya sesak napas hingga mati lemas mendadak. Selain itu, jangan pernah menidurkan bayi di sofa atau kursi. 

Tidur Aman Selama Masa Balita 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah usia satu tahun, balita dapat memiliki selimut kecil di boksnya. Namun, orangtua tetap harus menghindari bantalan bemper, boneka binatang besar, dan bantal empuk karena risiko terjebak dan mati lemas masih menjadi perhatian.Selain itu, disarankan supaya tempat tidur balita tidak dekat dengan dinding. Ini dimungkinkan balita dapat terjepit hingga menimbulkan sesak napas. 

Tidur Aman Anak Selama Usia Prasekolah dan Seterusnya 

Untuk menghindari risiko bahaya mati lemas selepas sesak napas pada anak selama tahun-tahun prasekolah, orangtua harus waspada dalam melindungi tempat tidur anak, bahkan saat mereka bertambah besar. Anak-anak yang telah tidur di tempat tidur anak yang lebih besar juga harus menempatkan tempat tidurnya di tengah ruangan. Jika dimungkinkan, berjarak beberapa meter dari dinding. 

Orangtua juga harus berhati-hati untuk tidak membuat penghalang yang menghalangi anak bangun dari tempat tidur dengan aman. Misalnya, sprei dan tempat tidur yang diselipkan dengan rapat atau sangat berat sehingga menambah risiko mati lemas akibat sesak napas pada anak. 

HARIS SETYAWAN

Baca juga: Sulit Bernapas Saat Tidur, Cek Apa Saja Penyebabnya

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Marak Anak Lakukan Kejahatan Sadistis, Dirjen HAM Desak Revisi UU SPPA

5 jam lalu

Ilustrasi kekerasan terhadap anak. Shutterstock
Marak Anak Lakukan Kejahatan Sadistis, Dirjen HAM Desak Revisi UU SPPA

Dirjen HAM Dhahana Putra mengakui kasus kejahatan seperti pembunuhan dan kekerasan seksual yang melibatkan anak meningkat


Psikolog: Gentle Parenting Bantu Kembangkan Kecerdasan Emosional Anak

21 jam lalu

Ilustrasi keluarga memasak bersama. Freepik.com
Psikolog: Gentle Parenting Bantu Kembangkan Kecerdasan Emosional Anak

Teknologi memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan anak.


Psikolog Minta Media Sosial Digunakan untuk Informasi Positif

1 hari lalu

Ilustrasi anak perempuan dan laki-laki melihat telepon pintar. (Unsplash/Tim Gouw)
Psikolog Minta Media Sosial Digunakan untuk Informasi Positif

Psikolog menyarankan media sosial sebaiknya digunakan untuk hal-hal yang menimbulkan dampak positif dan bukan konten negatif.


Psikolog Minta Orang Tua Bekali Anak dengan Panduan Gunakan Media Sosial

2 hari lalu

Ilustrasi anak-anak yang sedang membuka media sosial atau sosmed (Foto: Pexels)
Psikolog Minta Orang Tua Bekali Anak dengan Panduan Gunakan Media Sosial

Paparan konten negatif di media sosial bisa menimbulkan gangguan perkembangan sosial pada anak yang belum matang secara emosional.


Geger Pelecehan di Panti Sosial, Kepolisian Malaysia Akan Panggil Yayasan GISB

2 hari lalu

Ilustrasi pelecehan seksual pada anak perempuan. Shutterstock
Geger Pelecehan di Panti Sosial, Kepolisian Malaysia Akan Panggil Yayasan GISB

Kepolisian Malaysia akan memanggil pucuk pimpinan panti sosial yang dikelola yayasan GISB.


Alasan Psikolog Minta Pernikahan Sudah Dipikirkan sejak Remaja

3 hari lalu

Ilustrasi Pernikahan/Alissha Bride
Alasan Psikolog Minta Pernikahan Sudah Dipikirkan sejak Remaja

Psikolog mengatakan persiapan pernikahan dan berkeluarga sebaiknya sudah dipikirkan sejak remaja, ini alasannya.


Makanan Pedas Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Begini Penjelasannya

7 hari lalu

Ilustrasi wanita alami kepala pusing saat bangun tidur. Foto: Freepik.com/Jcomp
Makanan Pedas Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Begini Penjelasannya

Makanan pedas bisa mengganggu kualitas tidur karena dapat menimbulkan refluks asam.


Pakistan Laporkan Kasus Polio Pertama dalam 16 Tahun

7 hari lalu

Pakistan Laporkan Kasus Polio Pertama dalam 16 Tahun

Pada 2023 Pakistan melaporkan enam kasus polio sedangkan pada 2022 angkanya adalah 20 kasus.


Mengenal Gejala Infeksi yang Sebabkan Paus Fransiskus Hidup dengan Satu Paru-paru

7 hari lalu

Warga menggunakan alat Spriometri untuk menilai fungsi paru-paru, di puskesmas Sungai Pua, Agam, Sumatera Barat, Minggu, 14 Januari 2024. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Sumbar bersama pemerintah setempat melakukan pemeriksaan paru-paru gratis bagi warga yang terdampak erupsi Gunung Marapi sebagai antisipasi agar terhindar dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Mengenal Gejala Infeksi yang Sebabkan Paus Fransiskus Hidup dengan Satu Paru-paru

Paus Fransiskus yang berkunjung ke Indonesia ternyata hanya memiliki satu paru-paru saja akibat mengalami infeksi paru-paru. Inilah gejalanya.


Perhatikan Kesehatan Anak untuk Cegah Cacar Monyet

8 hari lalu

Ilustrasi MPOX. Shutterstock
Perhatikan Kesehatan Anak untuk Cegah Cacar Monyet

WHO menyebutkan anak-anak berisiko lebih tinggi terkena cacar monyet, bahkan lebih parah dibanding orang dewasa. Jaga selalu kesehatannya.