TEMPO.CO, Jakarta - Piala Dunia 2022 di Qatar berlangsung 20 November-18 Desember 2022. Hal ini membuat para pecinta sepakbola dan suporter menonton hingga harus begadang karena ada pertandingan yang dihelat dini hari sehingga menyebabkan kurang tidur.
Studi menunjukkan orang yang suka begadang memiliki risiko lebih besar terkena masalah medis. Masalah-masalah ini termasuk penyakit kardiovaskular, diabetes, dan kondisi lain. Namun, jika sedang tidak enak badan secara fisik atau mental, melihat jadwal tidur adalah awal yang baik. Berikut dampak begadang pada kesehatan.
Melemahkan sistem kekebalan tubuh
Sistem kekebalan tubuh berhubungan dengan ritme tidur dan bangun atau ritme sirkadian. Ritme sirkadian alami diprogram menjadi 12 jam terang dan 12 jam gelap. Ketika jam internal ini salah, sistem kekebalan tubuh akan menderita. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science, para peneliti mempelajari efek penyesuaian ritme sirkadian. Gangguan siklus ringan meningkatkan sel kekebalan inflamasi di tubuh yang melindungi dari infeksi.
Membahayakan kesehatan otak
Para peneliti dari Universitas Aachen di Jerman melakukan pindai otak pada 59 orang yang dibagi menjadi tiga kelompok, yakni 16 yang bangun pagi, 23 begadang, dan 20 di antaranya. Menganalisis pemindaian, para peneliti menyimpulkan orang yang begadang memiliki integritas materi yang lebih rendah di berbagai area otak.
Materi putih otak adalah jaringan lemak yang memfasilitasi komunikasi antarneuron, atau bagaimana otak mengirimkan sinyal ke berbagai area tubuh. Jumlah materi putih yang secara tidak proporsional mengganggu kemampuan untuk mengirimkan sinyal ke seluruh otak dan tubuh. Sampai saat ini, tingkat materi putih abnormal dikaitkan dengan depresi dan penurunan kognitif.
Menyebabkan kebiasaan makan yang buruk
Selain sistem kekebalan tubuh yang lemah dan kemungkinan otak yang tidak sehat, orang yang begadang cenderung makan makanan tidak sehat. Dalam sebuah penelitian terhadap 52 orang, para peneliti menemukan hubungan antara pola tidur dan kebiasaan makan yang buruk.
Phyllis Zee, penulis senior studi tersebut, menyatakan, “Saat tidur dan makan tidak selaras dengan jam internal tubuh, hal itu dapat menyebabkan perubahan nafsu makan dan metabolisme, yang dapat menyebabkan penambahan berat badan.”
Mengubah produksi melatonin
Melatonin adalah hormon yang diproduksi di kelenjar pineal yang mengatur tidur dan terjaga. Paparan cahaya merangsang jalur dari retina mata ke hipotalamus otak. Jalur ini adalah tempat Anda akan menemukan nukleus suprachiasmatic (SCN).
Selain memproduksi melatonin, SCN, mengirimkan sinyal ke bagian otak yang mengatur suhu tubuh dan kadar hormon. Biasanya, respons fisiologis yang disebutkan di atas terjadi sekitar pukul 21.00. Saat orang begadang, meskipun tidak sepenuhnya waspada, masih jauh dari mengantuk. Otak dan tubuh beradaptasi dengan perubahan lingkungan, termasuk yang disebabkan oleh diri sendiri, juga kebiasaan. Artinya, bagi yang begadang adalah produksi melatonin yang kurang dan gangguan pada berbagai fungsi hormon.
Meningkatkan risiko diabetes dan sindrom metabolik
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, baik pria maupun wanita menghadapi risiko kesehatan akibat begadang. Pria yang begadang lebih mungkin terkena diabetes dan wanita dua kali lebih mungkin terkena sindrom metabolik. Meski penyebab efek ini tidak jelas, peneliti menyarankan untuk menghindari konsumsi kalori setelah jam 20.00 dan paparan cahaya buatan yang berlebihan, keduanya dapat mengganggu fungsi metabolisme.
JESSYCA GAZELLA | POWER of POSITIVITY
Baca juga: Tak Perlu Mengonsumsi Kafein, Ini Cara Alami Begadang untuk Menonton Piala Dunia 2022