TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) menduduki peringkat keempat sebagai penyebab kematian di dunia. PPOK adalah kumpulan penyakit yang menyerang saluran pernapasan, berlangsung jangka panjang, hingga menyebabkan penyempitan di saluran napas. Asap menjadi penyebab utama PPOK, termasuk asap rokok, knalpot, serta polusi lain termasuk di lingkungan kerja.
"Gejala awal biasanya batuk disertai produksi lendir yang cenderung produktif. Jika lendir semakin kental, maka penyempitan akan semakin hebat dan dapat mencetuskan sesak napas," kata manajer umum medis Kalbe, dr. Dedyanto Henky Saputra, M.Gizi.
Penting untuk melakukan upaya pencegahan PPOK. Salah satunya dengan menggaungkan tema Hari PPOK Sedunia yang diperingati setiap Rabu minggu ketiga November, yaitu "Lungs for Your Life".
"PPOK adalah penyakit yang bersifat irreversible. Dalam hal ini, apabila saluran pernapasan rusak, sulit untuk kembali seperti pada kondisi normal," jelasnya.
Salah satu manifestasi yang sering dialami pengidap PPOK adalah gangguan gizi atau malnutrisi. "Penyebab utama penurunan berat badan pada PPOK adalah hilangnya nafsu makan dan penurunan asupan makanan, khususnya pada pasien dengan PPOK eksaserbasi akut. Otot pernapasan melemah karena penurunan asupan makanan dan peningkatan konsumsi energi," papar Dedy.
Perhatikan asupan gizi
Sering kali terapi PPOK hanya berfokus pada terapi obat sedangkan perbaikan gizi kadang dilupakan. Padahal, nutrisi adalah faktor yang sangat mendukung keberhasilan terapi pasien PPOK karena dengan status gizi yang baik imun tubuh menjadi kuat dan proses pemulihan juga lebih cepat.
Pemenuhan gizi bagi pengidap PPOK harus bersumber dari konsumsi keragaman makanan atau zat gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Namun, bagi pengidap PPOK dengan serangan akut sesak napas, kebutuhan nutrisi sebaiknya dimodifikasi.
"Pada kondisi sesak, terlebih pada pasien yang menggunakan alat bantu pernapasan (ventilator), disarankan untuk mengurangi porsi asupan sebab karbohidrat saat kita makan dan diolah di dalam tubuh akan menghasilkan atau memproduksi karbon dioksida lebih besar sehingga dapat semakin memperburuk kondisi sesak napas," jelasnya.
Baca juga: Kurangi Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis dengan Terapi