TEMPO.CO, Solo -Insiden adu jotos, entah karena marah atau jengkel, antar peserta Musyawarah Nasional XVII Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) 2022 mendapat sorotan publik dan viral.
Berlangsung di Hotel Alila Solo, pada Senin, 21 November 2022, video perkelahian antar peserta munas beredar luas di media sosial. Para peserta yang berkelahi tampak menunjukkan ekspresi marah yang meledak-ledak.
Muasal Adu Jotos
Ketua Panitia Ali Affandi menyatakan insiden itu terjadi karena kesalahpahaman personel antar peserta di luar rapat pleno. “Kejadian semalam disebabkan kesalahpahaman personel antar peserta Munas HIPMI yang terjadi di luar rapat pleno. Kami meminta maaf kepada masyarakat dan peserta atas kejadian tersebut,” kata Ali dikutip dari Antara.
Dalam sebuah forum diskusi, memang tidak bisa terhindarkan dari perbedaan pandangan hingga memicu gesekan. Meski sudah mengutamakan forum yang berbasis kekeluargaan sekali pun, suasana panas cenderung memantik seseorang untuk mudah marah dan atau mudah tersinggung. Selain itu, faktor psikologis juga turut berpengaruh.
Melansir Healthline, kondisi seseorang dengan perasaan gelisah, mudah marah, maupun gampang tersinggung dalam kajian ilmu psikologi disebut dengan istilah “Iritabilitas”. Disebutkan, ada banyak hal yang dapat menyebabkan iritabilitas. Secara umum, penyebabnya dibagi menjadi dua kategori utama yaitu faktor fisik dan psikologis.
Baca juga : Alasan Mengapa Tidak Boleh Tertidur dalam Kondisi Marah
Beberapa faktor psikologis penyebab umum dari lekas marah dan tersinggung, antara lain adanya tekanan batin, kecemasan, dan autisme. Lebih lanjut, penelitian telah menunjukkan adanya pengaruh beberapa gangguan kesehatan juga dikaitkan dengan potensi penderita mengalami kondisi iritabilitas. Gangguan mental yang dimaksud, yakni depresi, gangguan bipolar, sampai skizofrenia.
Leon F. Seltzer dalam artikelnya “Why People Get Offended So Easily” (2021)yang diterbitkan di Psychology Today menuliskan adanya keterkaitan antara faktor psikologis trauma masa lalu dengan reaksi mudah marah. Sifat alami dari trauma, menurut Seltzer, memicu kepekaan secara negatif terhadap apa pun di masa sekarang. Itu terjadi secara tidak sadar yang mengingatkan seseorang pada sesuatu hal buruk di masa lalu.
“Jadi, mengingat situasi hari ini yang secara internal terasa serupa dengan yang membuat trauma, seseorang pasti akan lebih merasa tersinggung daripada yang lain. Karena, tanpa sadar, keadaan seperti itu membuat lebih waspada. Dan lambat laun, itu bisa jadi bermasalah,” tulis Seltzer ihwal situasi yang mendorong marah atau tersinggung.
HARIS SETYAWAN
Baca juga : 10 Manajemen Marah, Tips Melunakkan Emosi