TEMPO.CO, Jakarta - Pemanis buatan diklaim rendah kalori dan dianggap solusi terbaik penderita diabetes. Faktanya, konsumsi pemanis buatan yang berlebih berkolerasi dengan kanaikan kasus obesitas dan diabetes. Menurut siaran pers dari Thermolyte Sweetener, pemanis terdiri dari yang alami dan buatan.
Sesuai dengan namanya, pemanis alami memang berasal dari bahan alami yang relatif aman bagi tubuh. Macam-macam pemanis alami di antaranya madu, gula kelapa, ekstrak daun stevia, xylitol dari jagung, sirup yakon. Umumnya pemanis alami memiliki kadar kalori dan indeks glikemik rendah. Sayangnya, pemanis alami tidak selalu mudah didapat di pasaran.
Selain pemanis alami, ada pula pemanis buatan yang lebih populer sebagai zat tambahan pada makanan dan minuman olahan. Berikut beberapa jenis pemanis buatan.
Sakarin
Sakarin adalah pemanis buatan dengan bentuk seperti bubuk kristal putih yang tidak mengandung kalori dan cenderung aman bagi penderita diabetes. Rasanya bisa mencapai 300 kali lebih manis dari gula pasir sehingga meninggalkan rasa pahit.
Aspartam
Aspartam termasuk pemanis buatan yang sering dipakai untuk makanan dan minuman cepat saji. Aspartam mudah rusak jika dipanaskan.
Siklamat
Siklamat adalah pemanis yang banyak dipakai untuk membuat permen, makanan penutup, atau makanan dan minuman ringan. Rasa manisnya mencapai 40 kali gula pasir.
Sorbitol
Tidak sama dengan pemanis buatan lain, sorbitol adalah salah sejenis karbohidrat. Pemanis buatan ini punya nama lain D-sorbitol, yang tidak sekadar menambahkan rasa manis tetapi juga bisa menjaga level kelembapan makanan agar teksturnya sesuai keinginan.
Sukralosa
Sukralosa adalah jenis pemanis buatan yang berasal dari sukrosa atau gula tebu tapi tidak ada kandungan kalori dan tidak diserap tubuh. Level manisnya bisa sampai 600 kali lebih dari gula pasir. Cukup gunakan sedikit saja, makanan atau minuman sudah terasa manis. Keunggulan dari sukralosa adalah bisa tetap stabil ketika kena suhu sangat panas atau sangat dingin. Bahkan, sukralosa juga tidak merusak gigi, tidak berpengaruh ke kondisi genetik, dan relatif aman untuk penderita diabetes.
Baca juga: Asupan Gula yang Dianjurkan untuk Anak