TEMPO.CO, Jakarta - Saat ini, di Indonesia banyak pengusaha yang tertarik dengan bisnis franchise karena dianggap dapat memberikan keuntungan dengan cepat tanpa harus melakukan promosi sejak awal karena masyarakat sudah lebih dulu mengenal produk. Dalam bahasa Indonesia, franchise disebut waralaba.
Franchise berasal dari bahasa Prancis affranchir yang artinya membebaskan. Makna dari membebaskan, orang atau badan usaha yang ingin membeli franchise diberikan kebebasan menggunakan, memproduksi, ataupun menjual sesuatu. Namun, jangan sampai terjebak dengan menjamurnya brand yang menawarkan peluang waralaba. Melansir dari Entrepreneur, berikut hal-hal yang harus dipertimbangkan sebelum membeli franchise.
Tujuan bisnis
Sebelum memikirkan keinginan untuk mendapatkan penghasilan lewat franchise, Anda harus melihat seperti apa gaya hidup atau tujuan usaha yang diinginkan sebab waralaba bukan hanya sekedar investasi tapi juga gaya hidup sehingga jika menikmatinya, Anda bisa menjalankannya dengan sangat baik.
Budaya perusahaan
Aspek franchise ini sebenarnya kurang terukur tapi bisa menjadi pengaruh yang memberikan dampak signifikan. Hal ini terkait dengan bagaimana mereka memperlakukan mitra. Cari merek yang antusias dan dapat bekerja sama dan terbuka dengan para mitra lain.
Selektif
Anda harus memikirkan apakah merek tersebut selektif tentang kepada siapa mereka menjual atau akan selalu menyambut siapa pun yang memenuhi syarat secara finansial. Anda juga harus mempertimbangkan bagaimana kinerja penjualan sebab itu akan berdampak langsung pada usaha, baik dari segi citra maupun nilai jangka panjang. Semakin baik reputasi global semakin berharga lokasi Anda. Pastikan Anda bergabung dengan klub yang cukup eksklusif untuk memastikan anggotanya mendapat penuh dukungan dari pusat.
Rekam jejak
Jika mereka belum membuktikan konsep dan hanya membangun satu atau dua lokasi, sebaiknya Anda harus bepikir ulang. Rekam jejak tersebut tentu bisa menunjukkan pertumbuhan positif di pasar yang berbeda dengan laporan bisnis atas apa yang terjadi. Jangan membeli waralaba yang masih bereksperimen. Berhati-hatilah dalam membayar untuk menjadi kelinci percobaan mereka.
Ketergantungan pada royalti
Di atas biaya waralaba awal, sebagian besar merek menghasilkan pendapatan dengan mengumpulkan persentase penjualan atau pendapatan bersih dari setiap mitra dengan mengambil rata-rata royalti sebesar 5-6 persen. Praktik-praktik ini biasa terjadi dalam franchise namun idealnya pastikan mereka bekerja untuk menghasilkan uang bersama dan bukan hanya dari Anda.
Keuntungan
Franchisor mengumpulkan persentase dari penjualan kotor, apakah Anda menguntungkan atau tidak. Merek-merek terbaik yang menawarkan peluang franchise pasti tercermin dari ROI yang tinggi. Tanyakan berapa banyak data yang dikumpulkan tentang keuntungan kemitraan waralaba dan berapa banyak penghasilan bersih yang bisa mitra dapatkan.
Lakukan validasi
Ini adalah kesempatan untuk berbicara dengan para mitra yang sudah ada sebelumnya. Pastinya brand akan memberikan testimoni para mitranya sehingga Anda berkesempatan untuk bertanya guna mendapatkan perspektif yang lebih luas. Tapi ingat, umpan balik mereka didasarkan pada perspektif dan nilai-nilai perusahaan. Perasaan mereka belum tentu sejalan dengan visi misi Anda. Jadi, hindari mengajukan pertanyaan yang menghasilkan jawaban subyektif, seperti:
-Apakah Anda menikmati menjalankan bisnis?
-Apakah pihak pusat memberikan dukungan penuh?
Alih-alih, ajukan pertanyaan yang mengungkap fakta atau setidaknya menjelaskan cara kerja merek, seperti:
-Apa yang dilakukan pihak manajemen pusat untuk mendukung kesuksesan Anda yang berkelanjutan?
-Berapa banyak uang yang sebenarnya dikeluarkan untuk membuka bisnis ini?
-Apakah ada pengeluaran tidak terduga?
-Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menjadikan bisnis ini menghasilkan keuntungan?
-Apa keuntungan dan kerugian melakukan franchise di lokasi/wilayah Anda?
-Jika membuka lokasi lain, apa yang akan Anda lakukan lagi dan apa yang akan dilakukan secara berbeda? Seperti semua ulasan, jangan terlalu mengandalkan satu sumber saja. Dapatkan perspektif sebanyak mungkin.
Ketahanan pasar
Pertimbangkan seberapa bergantung konsep franchise tersebut pada kondisi tertentu yang berada di luar kendali. Misalnya, ketika terjadi pandemi dan Anda sudah melakukan perjanjian waralaba untuk 10 tahun, maka Anda harus memikirkan beberapa skenario terburuk untuk mengetahui seberapa besar peluang penjualan.