TEMPO.CO, Jakarta - Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah gangguan mental di mana penderita akan merasakan sensasi yang tidak diinginkan secara berulang (obsesi) dan dorongan untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang (kompulsif). Gangguan obsesif kompulsif ditandai dengan pikiran, gambar, atau impuls yang berulang.
OCD memicu kecemasan dan memaksa penderita melakukan tindakan yang berulang untuk menenangkan diri. Terkadang obsesi juga salah disebut mania atau fiksasi. Dilansir dari Emergency Live.com, setidaknya 80 persen pasien OCD memiliki obsesi dan kompulsi sementara kurang dari 20 persen hanya memiliki obsesi atau hanya kompulsi.
Penyebaran OCD atau gangguan obsesif-kompulsif ini dapat menyerang siapa pun, apapun jenis kelamin dan berapa pun usianya. Namun, umumnya dimulai pada masa kanak-kanak, remaja, atau dewasa awal. Dalam banyak kasus, gejala pertama muncul di usia sebelum 25 tahun. Kemudian jika OCD tidak diobati atau dibiarkan begitu saja, maka kondisi akan menjadi kronis dan memburuk seiring berjalannya waktu.
Kebiasaan kompulsif yang ditimbulkan seperti mencuci tangan tujuh kali setelah menyentuh sesuatu yang dirasa tidak bersih atau kotor. Kebiasaan ini sering dilakukan secara tidak sadar namun penderita melakukannya secara berulang seolah merasa tidak mampu berhenti. Berikut penyebab OCD.
Keturunan
Pemilik keluarga dengan riwayat OCD lebih berisiko terkena masalah gangguan kesehatan mental ini.
Perbedaan pada otak
Pada umumnya, penderita OCD ditandai adanya area aktivitas tinggi yang tidak biasa pada otak selain kekurangan bahan kimia yang disebut serotonin.
Trauma masa lalu
OCD juga dapat disebabkan trauma akibat kejadian buruk yang pernah dialami penderita.
Kepribadian
Orang yang memiliki kepribadian rapi, teliti, dan standar pribadi yang tinggi lebih berisiko mengalami OCD sebab selalu merasa sangat cemas.
Jenis dan gejala OCD
Penderita OCD dapat memiliki gejala berikut:
-Cemas akan kebersihan.
-Cemas akan kotoran, kuman, dan zat menjijikkan lain. Akibatnya penderita akan sering memeriksa kebersihan lingkungan sekitar.
Ketakutan berlebih
Penderita secara tidak sadar mengalami ketakutan berlebih yang menyebabkan kerugian bagi diri sendiri atau orang lain.
Bertindak agresif
Penderita OCD seringkali kehilangan kendali dan menjadi agresif hingga melakukan tindakan yang dapat merusak diri sendiri.
Keraguan dan pikiran buruk
Penderita memiliki keraguan secara terus-menerus mengenai perasaan terhadap pasangan atau orientasi seksualnya meski biasanya menyadari hal ini tidak dibenarkan.
Tindakan keteraturan
Penderita merasa perlu melakukan tindakan dan mengatur objek selalu di tempat dan dengan cara yang benar.
Cara mengatasi
Kenali penyebab
Hal pertama yang harus dilakukan untuk mengatasi OCD adalah dengan mengenali terlebih dulu penyebab gangguan mental ini. Dengan begitu, Anda dapat mengetahui apa yang harus dihindari ketika gejala OCD kambuh.
Coba hadapi rasa takut
Setelah mengetahui penyebab kecemasan dan sifat kompulsif yang sering dilakukan, cobalah untuk mulai menghadapi rasa takut yang mengganggu pikiran. Misalnya, lawan kondisi kompulsif yang membuat Anda selalu mencuci tangan berlebihan.
Kendalikan stres
Upaya yang perlu dilakukan selanjutnya adalah dengan mengendalikan stres sebab stres dan kepanikan berlebih dapat membuat penderita OCD jadi lebih agresif hingga melakukan tindakan yang membahayakan diri maupun orang di sekitar.
Ke psikiater
Hal terakhir yang perlu dilakukan jika terus mengalami kesulitan dengan OCD, buatlah janji dengan psikiater atau psikolog dan temukan strategi yang tepat untuk mengatasi situasi spesifik OCD.
Baca juga: 4 Faktor yang Mempengaruhi Kondisi OCD