Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Waspadai Anak Terserang Infeksi Pernapasan RSV, Cek Gejalanya

Reporter

image-gnews
Ilustrasi anak demam. saidsupport.org
Ilustrasi anak demam. saidsupport.org
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Infeksi pernapasan serius yang disebut respiratory syncytial virus (RSV) dapat menyerang segala usia. Bahkan, infeksi ini lebih mudah menyebar saat cuaca dingin, saat banyak orang cenderung berada di dalam ruangan sehingga intensitas interaksi menjadi lebih tinggi.  

Orang juga dapat menularkan RSV di awal tahun. Misalnya, pada 2022, musim RSV dimulai lebih awal dengan jumlah kasus yang tinggi pada Oktober. Tetapi, RSV akan menjadi masalah serius bila menyerang bayi karena saluran udara belum berkembang dengan baik sehingga mereka tidak dapat mengeluarkan lendir seperti anak yang lebih besar atau orang dewasa. Selain itu, saluran udaranya lebih kecil sehingga dapat mengalami penyumbatan saluran napas dengan mudah dan menyebabkan kesulitan bernapas. 

Pada banyak orang, RSV menyebabkan gejala pilek, seringkali disertai batuk. Pada bayi, RSV dapat menyebabkan penyakit lebih serius yang disebut bronkiolitis. Bayi dengan bronkiolitis mengalami mengi bersamaan dengan batuk. RSV dapat menyebabkan infeksi parah lain, termasuk pneumonia. Dalam beberapa kasus, bayi mungkin perlu menerima perawatan di rumah sakit. 

RSV adalah infeksi pernapasan yang umum dan terkadang serius pada bayi. Beberapa gejala termasuk kesulitan bernapas, lesu, batuk. Melansir dari Healthline, dengan mengenali gejala dan kapan harus mencari bantuan dapat menjaga bayi tetap aman. 

Gejala pada bayi 
Pada anak yang lebih besar, RSV dapat menyebabkan gejala yang mirip flu. Namun pada bayi, virus menyebabkan gejala yang lebih parah. Gejala RSV sering muncul 4-6 hari setelah terpapar virus. Namun, bayi mungkin mulai mengalami gejala lebih awal atau lebih lambat. Adapun, gejala yang mungkin dialami bayi dengan RSV meliputi: 

-Napas menjadi lebih cepat.
-Kesulitan bernapas dan makan.
-Batuk 
-Demam 
-Rewel 
-Lesu  
-Pilek 
-Bersin 
-Sesak napas sehingga bernapas menggunakan otot dada.
-Mengi atau napas menimbulkan suara.

Beberapa bayi lebih mungkin mengalami gejala RSV, termasuk yang lahir prematur, bayi dengan masalah jantung, riwayat mengi, atau gangguan pernapasan. Meskipun gejalanya ringan, penting untuk menghubungi dokter anak jika mencurigai bayi menderita RSV. Selalu dapatkan perawatan medis darurat jika bayi tampak kesulitan bernapas. Gejala darurat yang harus diwaspadai meliputi: 

-Dehidrasi, termasuk ubun-ubun cekung (titik lunak), popok kering, atau tidak ada produksi air mata saat menangis.

-Sulit bernapas, yang dapat mencakup garis tulang rusuk yang terlihat melalui kulit (retraksi) saat bernapas. 

-Kuku atau mulut biru, yang merupakan sianosis, indikasi mereka tidak mendapatkan cukup oksigen dan dalam keadaan tertekan yang parah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

-Demam lebih dari 38°C pada bayi di bawah 3 bulan. 

-Demam lebih dari 39°C pada anak-anak dari segala usia. 

-Cairan hidung kental yang membuat anak sulit bernapas.

RSV vs COVID-19 
RSV dan COVID-19 adalah infeksi pernapasan dan memiliki banyak gejala serupa. Kedua kondisi tersebut dapat menyebabkan demam, batuk, pilek, dan bersin. Sakit perut, muntah, atau diare juga dapat terjadi pada bayi dengan COVID-19. 

Apakah RSV menular? Ketika bayi yang sehat menderita RSV, mereka dapat menularkan infeksi tersebut selama 3-8 hari. Usahakan untuk memisahkan anak yang terkena infeksi dari saudara atau anak lain untuk mencegah penularan. RSV ditularkan melalui kontak langsung dan tidak langsung dengan orang yang memiliki infeksi aktif. 

Penularan dapat melibatkan menyentuh tangan seseorang setelah bersin atau batuk, dan kemudian menggosok mata atau hidung. Sering mencuci tangan dengan air sabun hangat setidaknya selama 20 detik adalah cara terbaik untuk mengurangi risiko RSV. Penting juga untuk membantu bayi menutupi bersin dan batuk. 

Virus juga dapat hidup di permukaan yang keras, seperti tempat tidur bayi atau mainan, selama beberapa jam. Jika bayi menderita RSV, bersihkan mainan dan permukaan tempat bermain dan makan secara teratur untuk membantu mengurangi penyebaran kuman.

Baca juga: Kenali Gejala Kanker Paru lewat Karakter Batuk

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Yang Tak Boleh Dilakukan usai Digigit Nyamuk dan yang Disarankan

8 hari lalu

Ilustrasi nyamuk (Pixabay.com)
Yang Tak Boleh Dilakukan usai Digigit Nyamuk dan yang Disarankan

Reaksi gigitan nyamuk berbeda pada setiap orang. Ada yang hanya gatal ringan dan ada yang parah disertai bentol. Jangan lakukan hal ini.


Mengenal Sakit 'Flu Pria', Benarkah Hanya Reaksi yang Berlebihan?

14 hari lalu

Ilustrasi pria sakit. Nbc.news.com
Mengenal Sakit 'Flu Pria', Benarkah Hanya Reaksi yang Berlebihan?

Ada bukti kuat bahwa pria lebih mungkin mengalami infeksi parah daripada wanita saat mereka sakit. Hal ini terlihat pada masa awal pandemi COVID-19.


Kiat Hindari Heat Stroke saat Cuaca Panas dari Dokter Penyakit Dalam

17 hari lalu

ilustrasi menyiram air untuk mengurangi dampak dehidrasi. Shutterstok
Kiat Hindari Heat Stroke saat Cuaca Panas dari Dokter Penyakit Dalam

Pakar menyebut perlunya pengaturan aktivitas untuk menghindari heat stroke atau serangan panas pada saat cuaca panas.


Penyebab Radang Lidah, Mengenali Gejalanya

18 hari lalu

Ilustrasi pria periksa lidah ke dokter. shutterstock.com
Penyebab Radang Lidah, Mengenali Gejalanya

Radang lidah atau glossitis kondisi yang ditandai bengkak atau berubah warna


Alasan Laki-laki Lebih Mudah Sakit Dibanding Perempuan

18 hari lalu

Ilustrasi pria sakit demam. shutterstock.com
Alasan Laki-laki Lebih Mudah Sakit Dibanding Perempuan

Benarkah laki-laki lebih gampang sakit dibanding perempuan? Simak hasil penelitian berikut ini.


Belajar dari Kasus Mpox, Ini yang Diperlukan untuk Hadapi Perubahan Pola Penyakit

21 hari lalu

Ilustrasi MPOX. Shutterstock
Belajar dari Kasus Mpox, Ini yang Diperlukan untuk Hadapi Perubahan Pola Penyakit

Pakar menyebut virus Mpox adalah salah satu contoh perubahan pola penyakit akibat dinamika kehidupan yang bergerak di antara patofisiologi interaksi.


Sepsis Salah Satu Penyakit Pembunuh Tertinggi di AS, Jangan Terlambat Kenali Gejala

38 hari lalu

Ilustrasi luka
Sepsis Salah Satu Penyakit Pembunuh Tertinggi di AS, Jangan Terlambat Kenali Gejala

Setiap tahun diperkirakan 350 ribu warga AS meninggal dunia karena sepsis, di bawah penyakit jantung (700.000) dan kanker (600.000).


Gajah Inova dan Manohara Koleksi Solo Safari Mati Akibat Infeksi

40 hari lalu

Pengunjung di Solo Safari, Jawa Tengah. ANTARA
Gajah Inova dan Manohara Koleksi Solo Safari Mati Akibat Infeksi

Dua gajah koleksi Solo Safari mati akibat infeksi hati dan elephant endotheliotropic herpesviruses.


Cara Menghilangkan Efek Terkena Gas Air Mata

45 hari lalu

Mahasiswa gabungan dari berbagai kampus di Semarang terpaksa mundur setelah polisi menembakkan gas air mata saat aksi menentang Revisi Undang Undang Pilkada di kantor DPRD Jawa Tengah di Semarang, Kamis, 22 Agustus 2024. Polisi membubarkan aksi mahasiswa yang memaksa masuk untuk menduduki kantor DPRD Jawa Tengah.(Tempo/Budi Purwanto)
Cara Menghilangkan Efek Terkena Gas Air Mata

Tips kurangi gejala perih akibat efel terkena semprotan gas air mata.


Dokter Sebut Manfaat Teknik Pernapasan untuk Hadapi Polusi Udara

58 hari lalu

Seorang wanita melintas dengan latar belakang Monas yang tertutup polusi di Jakarta, Jumat 21 Januarta 2024. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 15.53 WIB, Indeks Kualitas Udara (Air Quality Index/AQI) di Jakarta berada pada angka 155 yang menempatkannya sebagai kota besar dengan kualitas udara terburuk kedua di dunia di bawah Kinshasa, Kongo. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Dokter Sebut Manfaat Teknik Pernapasan untuk Hadapi Polusi Udara

Latihan teknik pernapasan diperlukan untuk menghadapi polusi udara dan membantu mengurangi sesak napas dan meningkatkan kadar oksigen dalam darah.