Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Peneliti Temukan Tes Darah Baru yang Bisa Mendeteksi Alzheimer

image-gnews
Perbedaan otak penderita alzheimer dan otak yang sehat. (cdn.powerofpositivity.com)
Perbedaan otak penderita alzheimer dan otak yang sehat. (cdn.powerofpositivity.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Alzheimer adalah gangguan saraf yang menyebabkan otak menyusut dan sel-sel otak mati. Hal ini dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari dan kemampuan seseorang untuk menjalani kehidupan yang sehat. Penyakit progresif dalam banyak kasus tidak menunjukkan gejala, dan ketika gejala mulai muncul, biasanya tidak dapat diubah.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penyakit Alzheimer adalah jenis demensia yang paling umum dan bersifat progresif, mulai dari kehilangan ingatan ringan hingga kehilangan kemampuan untuk berbicara dan merespons lingkungan. Penyakit ini melibatkan bagian otak yang mengendalikan pikiran, ingatan, dan bahasa.

Baca: Gejala Demensia, Anda Mulau Sering Lupa Sesuatu yang Belum Lama Terjadi?

Sejauh ini belum ada alat yang pasti untuk mendeteksi atau pengobatan untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Namun, sekelompok peneliti telah mengembangkan tes darah yang dapat mengidentifikasi penyakit Alzheimer. Berikut paparan selengkapnya dikutip dari Times of India.

Sebuah tim ahli saraf yang dipimpin oleh peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburgh mengembangkan tes untuk mendeteksi penanda baru degenerasi saraf dalam sampel darah. Temuan penelitian ini dipublikasikan pada Rabu, 28 Desember 2022 di jurnal Brain.

Tes tersebut disebut menemukan biomarker, yang disebut "brain-derived tau" atau BD-tau. Riset ini melibatkan 600 pasien pada berbagai tahap penyakit tersebut. Para peneliti mengatakan itu mengungguli tes lain dan khusus untuk penyakit Alzheimer dan berkorelasi baik dengan penanda Alzheimer dalam cairan serebrospinal.

“Saat ini, mendiagnosis penyakit Alzheimer membutuhkan neuroimaging,” kata penulis senior Thomas Karikari, PhD, asisten profesor psikiatri di University of Pittsburgh dalam siaran persnya. “Tes tersebut mahal dan memakan waktu lama untuk dijadwalkan, dan banyak pasien, bahkan di AS, tidak memiliki akses ke pemindai MRI dan PET. Aksesibilitas adalah masalah utama.”

“Untuk mengembangkan obat yang lebih baik, uji coba perlu melibatkan orang-orang dari berbagai latar belakang dan bukan hanya mereka yang tinggal dekat dengan pusat medis akademik. Tes darah lebih murah, lebih aman dan lebih mudah dilakukan, dan dapat meningkatkan kepercayaan klinis dalam mendiagnosis Alzheimer dan memilih peserta untuk uji klinis dan pemantauan penyakit,” ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Studi lain, yang diterbitkan pada Selasa, 27 Desember yang dilakukan oleh Profesor Oskar Hanssson, Universitas Lund, dan Profesor Kaj Blennow, Universitas Gothenburg telah memeriksa dan mengevaluasi tes darah dan menemukan banyak biomarker darah yang cukup dalam mengidentifikasi patologi penyakit Alzheimer, bahkan pada peserta yang tidak memiliki gejala penyakit ini.

Tes darah khusus mungkin optimal untuk mengidentifikasi patologi Alzheimer atau untuk memantau perkembangan penyakit dan oleh karena itu, memiliki peran berbeda dalam uji klinis,” kata penulis utama studi penelitian Dr. Nicholas Ashton dari University of Gothenburg.

HATTA MUARABAGJA 

Baca juga: Ikuti 5 Hal Ini untuk Mencegah Alzheimer

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dari Tumor hingga Henti Jantung, Inilah Sederet Istilah Medis yang Kerap Disalahpahami

14 jam lalu

Ilustrasi tumor mata
Dari Tumor hingga Henti Jantung, Inilah Sederet Istilah Medis yang Kerap Disalahpahami

Banyak istilah medis yang sering dipahami dengan keliru. Berikut di antaranya.


4 Bumbu Dapur Sahabat Kesehatan Otak dan Penangkal Alzheimer

3 hari lalu

Ilustrasi bumbu lada hitam. REUTERS
4 Bumbu Dapur Sahabat Kesehatan Otak dan Penangkal Alzheimer

Salah satu metode efektif untuk meningkatkan kesehatan otak dan mencegah penyakit Alzheimer adalah dengan mengonsumsi makanan yang baik buat otak.


Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

4 hari lalu

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Program Studi Biologi UGM Raih Peringkat 1 di Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Profilnya

Program studi Biologi UGM raih peringkat 1 di Indonesia Versu QR WUR by Subject 2024. Berikut profil prodi ini.


Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

17 hari lalu

Ilustrasi virus flu. freepik.com
Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

Diyakini kalau seluruh kasus Flu Singapura di Indonesia menginfeksi anak-anak. Belum ada kasus orang dewasa.


Baru Setengah Tahun Dibuka, Apa Saja Mata Kuliah Fakultas Kedokteran ITS?

18 hari lalu

Arsip foto gerbang pintu masuk kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. ANTARA/HO-Humas ITS.
Baru Setengah Tahun Dibuka, Apa Saja Mata Kuliah Fakultas Kedokteran ITS?

Dua prodi bidang kedokteran ITS berfokus mengembangkan ilmu medis berbasis teknologi.


Ribuan Anak Afrika Terserang Sindrom Mengangguk, Gangguan Saraf yang Masih Misterius

21 hari lalu

Sejumlah anak-anak yang mengalami malnutrisi bermain di rumah sakit anak di Bangui, Republik Afrika Tengah, 11 Februari 2016. AP/Jerome Delay
Ribuan Anak Afrika Terserang Sindrom Mengangguk, Gangguan Saraf yang Masih Misterius

Sindrom mengangguk menyerang ribuan anak di Afrika. Gangguan saraf ini masih misterius dan belum diketahui pasti penyebabnya.


Tim Mahasiswa Kedokteran Unismuh Makassar Jadi Finalis Olimpiade Fisiologi di Jepang

21 hari lalu

 Perwakilan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Makassar berhasil menjadi finalis dalam olimpiade fisiologi kedokteran tingkat Internasional. Foto : unismuh
Tim Mahasiswa Kedokteran Unismuh Makassar Jadi Finalis Olimpiade Fisiologi di Jepang

Ini pertama kali keikutsertaan Fakultas Kedokteran Unismuh, dan menjadi satu-satunya institusi yang berasal dari Indonesia.


Rumah Sakit Unpad Mulai Beroperasi, Pasien Belum Ditanggung BPJS Kesehatan

24 hari lalu

Suasana Rumah Sakit Unpad. Foto : Unpad
Rumah Sakit Unpad Mulai Beroperasi, Pasien Belum Ditanggung BPJS Kesehatan

Tenaga kesehatan Rumah Sakit Unpad berasal dari Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperawatan, Farmasi, dan Psikologi di Unpad.


Belajar dari Insiden Pilot Batik Air Ketiduran, Aplikasi Ciptaan UI Ini Bisa Mengecek Tingkat Kelelahan Awak Pesawat

30 hari lalu

Tampilan aplikasi Frame Aviation untuk screening gejala fatigue yang dikembangkan oleh dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Dok. Universitas Indonesia)
Belajar dari Insiden Pilot Batik Air Ketiduran, Aplikasi Ciptaan UI Ini Bisa Mengecek Tingkat Kelelahan Awak Pesawat

Aplikasi FRAMES besutan dosen kedokteran UI membantu screening kelelahan pilot, sehingga bisa mencegah timbulnya masalah dalam penerbangan.


Awas, Gangguan Pendengaran Dapat Percepat Demensia pada Lansia

30 hari lalu

ilustrasi lansia (pixabay.com)
Awas, Gangguan Pendengaran Dapat Percepat Demensia pada Lansia

Fungsi seperti mendengar dan berbicara dapat mempengaruhi proses demensia