TEMPO.CO, Jakarta - Alzheimer adalah gangguan saraf yang menyebabkan otak menyusut dan sel-sel otak mati. Hal ini dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari dan kemampuan seseorang untuk menjalani kehidupan yang sehat. Penyakit progresif dalam banyak kasus tidak menunjukkan gejala, dan ketika gejala mulai muncul, biasanya tidak dapat diubah.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penyakit Alzheimer adalah jenis demensia yang paling umum dan bersifat progresif, mulai dari kehilangan ingatan ringan hingga kehilangan kemampuan untuk berbicara dan merespons lingkungan. Penyakit ini melibatkan bagian otak yang mengendalikan pikiran, ingatan, dan bahasa.
Baca: Gejala Demensia, Anda Mulau Sering Lupa Sesuatu yang Belum Lama Terjadi?
Sejauh ini belum ada alat yang pasti untuk mendeteksi atau pengobatan untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Namun, sekelompok peneliti telah mengembangkan tes darah yang dapat mengidentifikasi penyakit Alzheimer. Berikut paparan selengkapnya dikutip dari Times of India.
Sebuah tim ahli saraf yang dipimpin oleh peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburgh mengembangkan tes untuk mendeteksi penanda baru degenerasi saraf dalam sampel darah. Temuan penelitian ini dipublikasikan pada Rabu, 28 Desember 2022 di jurnal Brain.
Baca juga:
Tes tersebut disebut menemukan biomarker, yang disebut "brain-derived tau" atau BD-tau. Riset ini melibatkan 600 pasien pada berbagai tahap penyakit tersebut. Para peneliti mengatakan itu mengungguli tes lain dan khusus untuk penyakit Alzheimer dan berkorelasi baik dengan penanda Alzheimer dalam cairan serebrospinal.
“Saat ini, mendiagnosis penyakit Alzheimer membutuhkan neuroimaging,” kata penulis senior Thomas Karikari, PhD, asisten profesor psikiatri di University of Pittsburgh dalam siaran persnya. “Tes tersebut mahal dan memakan waktu lama untuk dijadwalkan, dan banyak pasien, bahkan di AS, tidak memiliki akses ke pemindai MRI dan PET. Aksesibilitas adalah masalah utama.”
“Untuk mengembangkan obat yang lebih baik, uji coba perlu melibatkan orang-orang dari berbagai latar belakang dan bukan hanya mereka yang tinggal dekat dengan pusat medis akademik. Tes darah lebih murah, lebih aman dan lebih mudah dilakukan, dan dapat meningkatkan kepercayaan klinis dalam mendiagnosis Alzheimer dan memilih peserta untuk uji klinis dan pemantauan penyakit,” ujarnya.
Studi lain, yang diterbitkan pada Selasa, 27 Desember yang dilakukan oleh Profesor Oskar Hanssson, Universitas Lund, dan Profesor Kaj Blennow, Universitas Gothenburg telah memeriksa dan mengevaluasi tes darah dan menemukan banyak biomarker darah yang cukup dalam mengidentifikasi patologi penyakit Alzheimer, bahkan pada peserta yang tidak memiliki gejala penyakit ini.
“Tes darah khusus mungkin optimal untuk mengidentifikasi patologi Alzheimer atau untuk memantau perkembangan penyakit dan oleh karena itu, memiliki peran berbeda dalam uji klinis,” kata penulis utama studi penelitian Dr. Nicholas Ashton dari University of Gothenburg.
HATTA MUARABAGJA
Baca juga: Ikuti 5 Hal Ini untuk Mencegah Alzheimer
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.