TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis kedokteran olahraga Grace Joselini Corlesa mengatakan penanganan cedera olahraga akibat bermain sepak bola dapat berupa tindakan non-operatif maupun operatif. Dokter di Sport Medicine, Injury and Recovery Center RS Pondok Indah – Bintaro Jaya itu mengatakan tindakan non-operatif dapat diterapkan pada cedera ringan yang tidak memerlukan operasi.
Penanganan yang dapat dilakukan yakni PRICE, maksudnya Protect (melindungi bagian yang cedera), Rest (mengistirahatkan area yang cedera), Ice (memberikan kompres dingin pada area yang cedera untuk mengurangi inflamasi), Compress (sedikit memberikan tekanan pada area yang cedera), Elevate (meninggikan anggota tubuh yang cedera) pada 24-36 jam setelah terjadinya cedera.
"Apabila keluhan nyeri atau pembengkakan tidak mereda, ada baiknya segera berkonsultasi ke dokter spesialis kedokteran olahraga," saran Grace.
Ia mengatakan spesialis kedokteran olahraga akan melakukan pemeriksaan fisik, wawancara riwayat kesehatan, kronologi terjadinya cedera, dan merujuk pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang dengan MRI, CT-Scan, atau X-ray untuk menentukan diagnosis. Setelah diagnosis ditentukan, dokter kemudian akan merancang program pemulihan yang sesuai dengan kondisi pasien.
"Biasanya diperlukan sesi menggunakan teknologi medis dalam periode cedera akut dan sesi exercise untuk membantu memulihkan otot dan sendi yang cedera dan agar pasien dapat kembali berolahraga dan beraktivitas kembali pascacedera," katanya.
Macam terapi
Beberapa teknologi medis untuk penanganan cedera termasuk krioterapi atau terapi dingin. Menurutnya, prosedur terapi dingin dapat digunakan untuk menangani cedera olahraga akut. Metode ini biasa dilakukan setelah operasi atau rekonstruksi sendi karena dapat membantu mengurangi cedera secara efektif, misalnya pada penanganan pergeseran tulang, patah tulang, memar, keseleo, dan lainnya. Sesi perawatan per pasien rata-rata 1-2 menit, tergantung klinis dan target terapi serta instruksi dokter yang merawat.
Teknologi lain yakni Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), metode penanganan non-invasif yang melibatkan arus listrik bertegangan rendah. Anggota tubuh yang terasa nyeri akan dialiri impuls listrik yang menjalar pada serabut saraf, sehingga membantu mengurangi kepekaan terhadap rasa nyeri atau sakit. Durasi pengobatan TENS yang optimal adalah 40 menit.
Ada juga terapi ultrasound. Metode ini menggunakan gelombang suara untuk merangsang jaringan di sekitar area cedera. Getaran gelombang suara dapat merangsang produksi kolagen dan menciptakan panas dalam jaringan sehingga mampu mendorong penyembuhan pada jaringan lunak dengan meningkatkan metabolisme pada tingkat sel.
Metode ini berguna untuk membantu proses penyembuhan tulang, penanganan cedera ligamen, dan lainnya. Jenis terapi ultrasound tergantung pada kondisi cedera. Untuk nyeri myofascial, terkilir, atau keseleo dapat digunakan ultrasound termal. Untuk jaringan parut, pembengkakan, dan sindrom saluran karpal, ultrasound mekanis dapat bekerja lebih baik. Waktu perawatan tergantung pada ukuran area yang dirawat, frekuensi, dan intensitas yang digunakan (5-15 menit).
Terakhir, ada olahraga dan terapi latihan pascacedera. Grace menuturkan tujuan program terapi latihan adalah untuk mengembalikan semua aspek kesehatan seperti sebelum cedera dengan cara yang terkontrol dan terpantau. Menurutnya, terapi latihan harus dimulai sesegera mungkin setelah fase peradangan awal, 72 jam.
Dalam tahapan ini dilakukan latihan fleksibilitas untuk meminimalisasi penurunan kisaran gerak sendi, latihan memperkuat otot, hingga latihan keseimbangan. Penanganan cedera juga dapat dilakukan melalui tindakan operatif. Grace mengatakan, pada penanganan cedera olahraga yang membutuhkan tindakan operasi, dokter spesialis bedah ortopedi konsultan cedera olahraga dan artroskopi akan menggunakan artroskopi dengan sayatan minimal sehingga pasien dapat pulih lebih cepat dibanding operasi konvensional.
Teknologi medis penanganan cedera ini sudah tersedia di Sport Medicine, Injury, Recovery Center (SMIRC) RS Pondok Indah – Bintaro Jaya. Klinik ini dilengkapi dengan berbagai alat latihan dan pemulihan cedera, mulai dari penanganan dan pemulihan cedera, peningkatan performa olahraga, hingga pendampingan olahraga khusus bagi pasien dengan kondisi medis tertentu.
Baca juga: Ragam Cedera yang Sering Dialami Pemain Sepak Bola