TEMPO.CO, Jakarta - Popularitas lato-lato tengah meroket. Permainan ini kini digemari anak-anak sehingga bisa menjadi momen orang tua untuk mengurangi ketergantungan anak terhadap gawai. Begitu kata pakar Sosiologi Universitas Padjadjaran (Unpad), Dr. Hery Wibowo.
Hery mengatakan anak bisa sedikit terhindar dari potensi negatif akibat terlalu banyak bermain gawai. Dengan bermain lato-lato bersama temannya, interaksi sosial pun bisa terbangun.
"Inilah ajang membangun interaksi sosial dari generasi Z yang sering disebut generasi alien karena suka menyendiri dan generasi rebahan," jelas Hery.
Selain itu, mainan lato-lato juga bisa menumbuhkan pola pikir anak terkait proses. Ia menilai anak-anak pun bakal memiliki pemahaman kesuksesan itu harus menempuh proses dan tidak instan.
"Dengan penekanan bahwa proses itu penting, tidak ada sukses instan, dan berlatih akan membawa hasil," ujarnya.
Mengasah kemahiran
Secara tidak langsung, anak yang bermain lato-lato akan berusaha menunjukkan kemahirannya di depan teman sebaya. Hal itu bisa menjadi lahan positif bagi anak untuk membangun konsep positif diri. Di samping dengan anak sebaya, para orang tua juga bisa memiliki ruang untuk mengapresiasi anak ketika menunjukkan kemahiran bermain lato-lato.
"Dapat menjadi waktu berkualitas bagi anak dan orang tua sekaligus wahana pemahaman nilai-nilai positif dan sarana orang tua mengapresiasi kelebihan anak, sehingga anak semakin merasa berharga. Ini penting bagi tumbuh kembangnya kelak," kata Hery.
Meski begitu, mainan itu juga bisa berdampak negatif apabila anak dan orang tuanya tidak bisa mengatur waktu bermain. Kemudian anak juga , bisa saja menjadi rendah diri jika tidak berhasil memainkannya.
“Sehingga diperlukan fokus dan konsentrasi penuh dalam memainkan agar tidak membahayakan pemain maupun teman-teman di sekitarnya,” kata Ketua Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unpad itu.
Baca juga: Jokowi Main Lato-lato, ini 5 Permainan Jadul yang Mengundang Nostalgia