TEMPO.CO, Jakarta - Seringkali, orang tua melakukan hal-hal yang tak patut untuk dilihat didepan anak, salah satunya adalah melakukan kekerasan terhadap pasangannya atau KDRT di depan anak-anak mereka. Lantas, bagaimana dampak melihat KDRT bagi anak?
Dikutip dari laman DP3AK Provinsi Jawa Timur, secara umum, anak yang salah satu orang tuanya merupakan korban KDRT akan merasa takut dan cemas sepanjang hidupnya. Karena, mereka mungkin selalu berjaga-jaga, mungkinkah hal tersebut akan terjadi lagi.
Anak-anak yang menyaksikan KDRT atau kekerasan beresiko mengulangi siklus kekerasan tersebut ketika mereka dewasa dengan menjadi pelaku ataupun korban dari KDRT. Anak yang menyaksikan atau korban dari kekerasan emosional, fisik, atau seksual beresiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan kesehatan saat dewasa. Gangguan ini termasuk dalam kondisi kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan, juga termasuk kesehatan fisik seperti diabetes, obesitas, sakit jantung, dan masalah lainnya.
Dilansir dari laman Very Well Minds, berikut beberapa dampak jangka panjang anak yang menyaksikan KDRT.
1. Gangguan stress pascatrauma
Baca : Jika Alami KDRT Hubungi Segera Call Center SAPA 129, Ini Bantuan yang Diperoleh
Trauma karena KDRT dapat menyebabkan perubahan yang signifikan pada otak anak yang sedang berkembang. Perubahan-perubahan ini dapat menyebabkan mimpi buruk, perubahan pola tidur, anak menjadi lekas marah, kesulitan berkonsentrasi, dan terkadang memiliki kemampuan meniru perilaku KDRT yang mereka lihat.
2. Depresi
Dalam jangka panjang, anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang kasar dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang depresi. Trauma mendalam ketika menyaksikan KDRT secara rutin membuat anak-anak beresiko tinggi mengalami depresi, kesedihan, masalah konsentrasi, dan gejala depresi lainnya hingga dewasa.
3. Kecemasan
Ketika merasakan ada hal yang buruk menimpa dirinya, anak akan menjadi gelisah, khawatir sehingga muncul kecemasan terus-menerus yang menggangu. Kecemasan akan semakin mudah muncul akibat rasa khawatir dia bisa mendapatkan perlakuan yang sama. Stigma dari masyarakat yang menganggap anak yang mengalami KDRT saat dewasa akan sama seperti orang tuanya juga dapat menyebabkan anak merasa cemas berlebihan.
Pada dasarnya, setiap anak merespon secara berbeda terhadap kekerasan dan trauma. Beberapa anak lebih resilien, dan beberapa lebih sensitif. Seberapa sukses seorang anak mampu pulih dari trauma karena kekerasan bergantung dari beberapa hal, yaitu hubungan baik dengan orang dewasa yang terpercaya, self-esteem yang tinggi, dan pertemanan yang sehat.
MUHAMMAD SYAIFULLOH
Baca : Mengapa Anak Urban Jakarta Terjerembab 'Laut Hitam' Kekerasan ? Begini Kata Ahli
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.