TEMPO.CO, Jakarta - Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) pada 2018 mencatat gagal ginjal masih menjadi masalah serius dengan tingkat kejadian gagal ginjal kronis meningkat dari 0,2 persen pada 2013 menjadi 0,38 persen pada 2018. Data Indonesian Renal Registry (IRR) 2018 menunjukkan 65.947 pasien baru yang membutuhkan cuci darah, 92 persen di antaranya termasuk dalam kategori penyakit ginjal tahap akhir. Kondisi pada umumnya memerlukan pengobatan pengganti ginjal, yaitu cuci darah atau transplantasi ginjal.
Pakar bidang ginjal-hipertensi dan anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Prof Dr dr Endang Susalit, Sp.PD, KGEH, menuturkan, dibanding dialisis, transplantasi ginjal merupakan terapi gagal ginjal paling ideal karena bisa mengatasi permasalahan akibat penurunan fungsi ginjal, tidak seperti dialisis yang hanya dapat mengatasi sebagian masalah.
Prosedur transplantasi, atau lebih dikenal istilah cangkok, merupakan tindakan pemindahan sebagian atau seluruh jaringan atau organ, baik dari suatu bagian tubuh makhluk hidup ke bagian tubuh lain dalam satu individu maupun dari satu individu (donor) ke individu lain (resipien). Jaringan atau organ yang dipindahkan tersebut akan berfungsi menggantikan jaringan atau organ asal yang telah rusak atau tidak berfungsi.
Cuci darah vs transplantasi
Dia menyebutkan pasien dialisis atau cuci darah akibat diabetes yang dinyatakan memiliki harapan hidup delapan tahun namun jika dilakukan transplantasi ginjal pada kelompok umur yang sama, harapan hidup meningkat menjadi 25 tahun. Hal senada diungkapkan dokter spesialis urologi yang tergabung dalam Komite Transplantasi Nasional (KTN) Prof Dr dr Akmal Taher, Sp.U (K). Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu merujuk penelitian mengemukakan transplantasi merupakan terapi terbaik bagi pasien gagal ginjal.
Proses transplantasi pun cukup kompleks, melibatkan berbagai disiplin ilmu dan bukan hanya faktor etika medik yang harus benar tetapi juga faktor masyarakat yang harus dididik dengan benar. Inilah yang juga disoroti dokter spesialis bedah urologi konsultan di RSCM, Dr. dr. Nur Rasyid, SpU (K). Dia mengatakan tingkat kemampuan membaca masyarakat yang kurang baik sehingga hanya berbekal informasi dari internet tergiur melakukan transplantasi ginjal tanpa prosedur yang seharusnya.
Baca juga: Sorotan Kasus Gagal Ginjal Akut di Indonesia dalam Kaleidoskop 2022