TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa waktu lalu, warganet disuguhi adegan mengemis di media sosial dengan aksi orang-orang yang rela mandi air lumpur dan disiarkan langsung demi mendapatkan hadiah dari pemirsa. Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Derajat Sulistyo Widhyarto, mengatakan fenomena mengemis melalui media sosial akan hilang dengan sendirinya jika warganet tidak mendukung kegiatan tersebut.
"Kalau tidak disawer oleh netizen itu hilang dengan sendirinya," kata Derajat.
Menurutnya, pemerintah tidak perlu mengeluarkan regulasi khusus berkenaan dengan fenomena baru tersebut. Namun, pemerintah perlu mengedukasi pengguna media sosial agar tidak mendukung upaya-upaya untuk memanfaatkan rasa belas kasihan orang lain untuk mendapat keuntungan di medsos, yang kadang dilakukan dengan mengeksploitasi warga rentan.
"Saya kira netizen bukan orang bodoh. Memang kadang kala mereka bisa mengutamakan emosi sehingga memberikan saweran karena kasihan," jelasnya.
Jangan dukung eksploitasi
Menurutnya, warganet perlu dididik supaya tidak mendukung tindakan eksploitasi di platform media sosial. Derajad juga menyatakan di antara pengguna medsos ada yang menganggap aksi mengemis via daring sebagai tontonan yang menghibur. Ia menyebut sikap itu sebagai salah satu tanda kemunduran atau krisis sosial masyarakat akibat efek samping perkembangan cepat teknologi informasi.
"Adanya medsos (memicu) banyak perubahan perilaku, termasuk orang mendefinisikan hiburan sudah berbeda. Bahkan, tontonan menyakiti kucing juga dianggap hiburan," kata dia. "Mereka mengikuti zaman, artinya kalau secara sosial pengemis itu tetap ada, cuma sekarang instrumennya saja yang berbeda."
Selain itu, ia menyampaikan fenomena mengemis via medsos tidak lepas dari masalah kemiskinan dan upaya penanggulangannya. Karena itu, selain mengedukasi masyarakat mengenai penggunaan media sosial, pemerintah juga harus fokus menggiatkan upaya untuk mengatasi kemiskinan.
"Tahun ini APBN-nya fokus pada pengentasan kemiskinan. Itu saja sebenarnya fokus pemerintah, bagaimana caranya memperkuat ekonomi pada level bawah di daerah," tegasnya.
Baca juga: Media Sosial Si Pembunuh Ruang Pribadi