TEMPO.CO, Jakarta - Orang yang berusia 40 tahun hingga 60 tahun rentan mengalami krisis paruh baya atau midlife crisis. Kondisi ini seseorang mengalami depresi, kesedihan, dan kehilangan arah hidupnya.
Orang yang mengalami midlife crisis cenderung kehilangan rasa percaya diri dan kreativitas. Kekhawatiran saat fase transisi usia paruh baya mengalami penuaan, kehilangan tujuan, dan terus memikirkan kematian.
Mengutip Healthline, midlife crisis biasanya dipicu perubahan fisik, kemampuan, dan aktivitas akibat penambahan usia. Midlife crisis bisa muncul ketika seseorang tidak bisa menerima perubahan dirinya. Adapun di antaranya yang mempengaruhi penambahan berat badan, kesehatan yang memburuk, penurunan hasrat seksual. Perubahan hubungan juga mempengaruhi, seperti hilang pendapatan dan merasa kehilangan tujuan ketika anak-anak dewasa sudah meninggalkan rumah.
Baca: Kim Jong Un Krisis Paruh Baya hingga Sering Menangis Sendiri
Ciri kondisi midlife crisis
Mengutip Verywell Mind, biasanya midlife crisis ditandai beberapa hal:
1. Kebahagiaan dan kepuasan hidup yang menurun
2. Meragukan diri sendiri dan frustrasi terhadap perubahan peran dan tanggung jawab hidup
3. Sangat bosan dan tidak puas dalam hubungan, karier, atau kehidupan yang sedang dijalani
4. Khawatir berlebihan tentang orang lain memandang dirinya
5. Berpikir tentang kematian, makna hidup, dan konsep eksistensial lainnya
6. Mengalami perubahan tingkat energi, mulai meningkatnya rasa gelisah sampai lelah yang tak biasa
7. Kurang motivasi atau minat mengejar tujuan dan aktivitas yang biasa dinikmati
8. Perubahan suasana hati, termasuk mudah marah, mudah sedih, dan menurunnya hasrat seksual.
Bagaimana mengelola diri saat mengalami midlife crisis?
Mengembalikan keadaan
Greater Good Magazine menyarankan untuk mampu mengembalikan keadaan, misalnya menerima perubahan usia. Menegaskan sikap tidak menyesali dan menyalahkan diri sendiri atas perubahan yang terjadi akibat penuaan dan membuat rencana baru untuk menghabiskan waktu.
Berbicara dengan orang yang dipercaya
Bercerita tentang perasaan, harapan, rencana, dan ketakutan dengan orang yang dipercayai. Berbicara dengan orang lain membantu meringankan pikiran dan risiko tekanan depresi. Mulai menulis kesehatian untuk meluapkan emosi dan perasaan.
Tidak meratapi nasib
Merujuk Johns Hopkins Medicine, meratapi kehidupan dan perubahan usia yang dialami bukan suatu hal yang baik. Sebaiknya menggunakan waktu tua untuk menghadapi tantangan baru dalam hidup, misalnya menjadi relawan sosial.
Cari bantuan profesional
Cari bantuan profesional apabila midlife crisis tidak bisa diatasi dengan pengendalian diri. Sebab, midlife crisis jika dibiarkan terus menyebabkan depresi, gangguan emosional, dan kebingungan.
Baca: Gejala dan Penyebab Krisis Paruh Baya, Bukan Semata karena Perubahan Fisik
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.